SAMARINDA - Jagung termasuk komoditas strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian Kaltim. Komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk pangan maupun pakan. Jagung digunakan sebagai makanan hewan ternak dan juga digiling menjadi tepung jagung untuk produk-produk makanan, minuman, pelapis kertas, dan farmasi.
Sayangnya sektor ini belum banyak dilirik investor. Terbukti meski memiliki produksi jagung yang cukup besar, belum ada produk hilirisasi dari jagung. Saat ini, produksi jagung Kaltim sedang surplus, menyentuh 1.000 ton.
Gubernur Kaltim Isran Noor mengatakan, di Kaltim setiap bulan setidaknya menghasilkan 30 ribu ton jagung. Tentu saja ini sangat potensial untuk dijadikan hilirisasi. Sebab, jika dijual dalam bentuk utuh hanya mendapatkan nilai harga yang kurang tinggi. Sementara jika jagung khususnya jagung pipil diubah menjadi produk pakan ternak atau yang lainnya nilai harga jualnya semakin tinggi.
“Kalau rencana sudah banyak, hanya saja untuk merealisasikannya butuh waktu dan persyaratan,” katanya, Kamis (30/9). Selain itu, bahan pendukung pakan ternak selain jagung juga masih belum cukup diproduksi di Kaltim. Tapi tetap, diharapkan bisa terus berkembang pabrik-pabrik pakan ternak sehingga yang selama ini impor pakan ternak bisa swasembada.
Dia menyebut, harga ayam yang masih fluktuatif salah satunya disebabkan harga pakan yang masih didatangkan dari luar. Ketika harga pakan ayam mahal secara otomatis membuat biaya produksi tinggi. Jika Kaltim memiliki pabrik sendiri, setidaknya biaya pakan bisa lebih murah.
Untuk itu ke depan investasi diarahkan ke sektor ini, agar tercipta hilirisasi jagung di Kaltim. “Realisasinya tidak bisa cepat, butuh menarik investor agar sektor ini bisa bergerak lebih cepat. Tentu dampaknya sangat luas. Mulai dari kesejahteraan petani jagung, hingga kemudahan pakan ternak di Kaltim,” tuturnya.
Produksi yang melimpah diharapkan bisa menjadi daya tarik investor untuk menciptakan hilirisasi jagung di Kaltim. Sebab, Kaltim merupakan provinsi yang mempunyai potensi lahan kering yang berpotensi besar untuk pengembangan tanaman jagung di Indonesia. Selain lahannya yang bisa digunakan, produksi saat ini juga bisa menghasilkan nilai ekonomi yang lebih baik.
Meski masih surplus, peningkatan produksi tetap jadi atensi pemprov. Sebab, jagung Kaltim juga berpotensi menjadi salah satu komoditas yang bisa memenuhi kebutuhan nasional. “Kita terus arahkan untuk hilirisasi, sehingga peningkatan produksi tetap menjadi perhatian kita bersama,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)