Kinerja lapangan usaha konstruksi pada triwulan II 2021 tertahan, seiring kembali berkurangnya proyek-proyek dari pemerintah pusat. Akibat perlambatan ini, untuk pertama kalinya sejak 2018 pertumbuhan penyaluran kredit di lapangan usaha konstruksi tidak mencapai double digit.
SAMARINDA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja lapangan usaha konstruksi secara tahunan mengalami kontraksi sebesar 0,83 persen year on year (yoy), lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya terkontraksi 0,46 persen (yoy). Tertahannya perbaikan ini didorong berlalunya peak period pembangunan sejumlah proyek strategis, seperti seksi 1 dan 5 Jalan Tol Balikpapan-Samarinda.
Kontraksi juga didorong oleh banyaknya hari libur pada triwulan II, termasuk periode Ramadhan-Idulfitri yang berdampak pada menurunnya intensitas konstruksi. Hal itu dijelaskan Ketua Umum Dewan Pengurus Daerah (DPD) Gabungan Perusahaan Konstruksi Nasional Indonesia (Gapeksindo) Kaltim Slamet Suhariadi.
Dia mengatakan, tidak tumbuh dengan baiknya sektor ini tentunya berpengaruh pada banyak hal termasuk pendanaan. Biasanya proyek-proyek yang berjalan dan anggarannya belum cair akan difasilitasi perbankan untuk kredit modal kerja. Namun karena tidak ada proyek pada triwulan kedua maka fasilitas perbankan juga tidak digunakan.
“Apalagi lelang proyek baru dilakukan pada Juli lalu. Sehingga, sektor ini kemungkinan baru bisa tumbuh pada triwulan ketiga,” jelasnya, Minggu (26/9).
Hal tersebut juga tecermin dari realisasi belanja modal pemerintah pusat (APBN) di Kaltim yang mengalami perlambatan. Belanja modal pemerintah pusat (APBN) di Kaltim pada triwulan II 2021 tercatat Rp 468,6 miliar atau tumbuh 6,76 persen (yoy), jauh melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 138,46 persen (yoy).
Tertahannya kinerja lapangan usaha konstruksi tecermin juga dari penurunan kinerja pengadaan semen di Kaltim dari minus 6,00 persen (yoy) pada triwulan lalu, menjadi minus 8,18 persen (yoy) pada triwulan II.
Sejalan dengan memburuknya kinerja sektoralnya, penyaluran kredit di sektor konstruksi juga melambat meski masih tumbuh positif, di tengah risiko kredit yang meningkat. Kredit konstruksi tercatat tumbuh sebesar 9,61 persen (yoy) pada triwulan II 2021, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 23,46 persen (yoy).
Akibat perlambatan ini, untuk pertama kalinya sejak triwulan II 2018 pertumbuhan penyaluran kredit di lapangan usaha konstruksi tidak mencapai double digit. Perlambatan juga diiringi oleh risiko kredit yang meningkat. Rasio non performing loan (NPL) lapangan usaha konstruksi tercatat mengalami kenaikan dari 6,64 persen pada triwulan sebelumnya, menjadi 7,90 persen.
Rasio NPL pada lapangan usaha konstruksi tersebut menempati peringkat kedua tertinggi, setelah rasio NPL pada lapangan usaha jasa kemasyarakatan. “Tingginya NPL konstruksi merupakan hal wajar, karena banyak proyek yang dibiayai oleh perbankan pada periode sebelumnya namun dananya terhenti saat Covid-19, sehingga pembayarannya juga terkendala atau tertunda,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)