Tak Mesti Jual Sayur ke Pasar Tradisional

- Senin, 27 September 2021 | 10:38 WIB
-
-

BELAKANGAN mata pencaharian Supri (50) berubah. Dia yang sebelumnya merupakan pegawai perusahaan tambang, sudah lima tahun ini menjadi petani sayur. Pilihan itu dia ambil karena menjadi petani sayur menurutnya lebih tak begitu menguras tenaga dibandingkan menjadi petani padi.

Warga Palaran, Samarinda itu menanam cabai dan aneka jenis sayur bergantian. Bergantung dengan kondisi musim. Alih-alih menjadi pekerja lagi, Supri memilih menjadi petani sayur karena dia rasa usianya sudah tidak memungkinkan lagi untuk melamar pekerjaan lagi.

Di sisi lain, dia sebelumnya juga menjadi bertani sayur sebagai pekerjaan sampingan. Sebenarnya, dia sempat mencoba menggarap tanaman padi, tetapi menurutnya itu terlalu menguras tenaganya. Sehingga, dia memilih hanya menanam sayur.

“Untuk lahan, ada yang punya sendiri, ada yang garap punya saudara. Digarap, daripada lahannya menganggur. Cuma ya enggak sampai berhektare-hektare. Saya rencana mau tanam padi juga, tapi buat beras merah. Harganya lebih mahal, bisa Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu per kilogram,” kata dia.

Disebutnya, tak begitu banyak masalah berarti untuk bercocok tanam. Dia pun kerap memakai pupuk organik. Hal itu juga menjadi nilai tambah sendiri ketika dia menjual ke para pelanggannya. Meski begitu, diakuinya, dia kerap kesulitan karena harga yang cenderung naik turun. Namun, sejauh ini, pekerjaan itu pun bisa menghidupi keluarganya.

“Kadang dijual melalui Facebook juga. Kalau di Facebook banyak yang pesan pasti habis. Tapi saya panen ‘kan memang enggak banyak. Cuma ya harus mau antar. Kalau jual ke pengepul, memang santai tapi harganya bisa lebih murah,” sambungnya.

Supri menjadi salah satu petani yang melirik bahwa pemasaran produk sayur tidak lagi harus ke pasar tradisional. Dia pun memasarkan mandiri secara online. Arah pertanian menuju modern, memang harus dilakukan. Sebab, zaman berkembang dan manusia juga harus menyesuaikan.

Hal itu juga dirasakan petani di Kutai Barat. Suhendro Aryanto, petani di Barong Tongkok, Kutai Barat itu mengatakan bahwa dalam 13 tahun menjadi petani, terjadi perubahan dalam pola bertani. Bertani tidak lagi dengan pola kerja manual. Tetapi, juga dengan berbagai alat sistem pertanian. Sehingga, menanam aneka sayur di lahan puluhan hektare, tidak sesusah dahulu.

“Namun, masalahnya di pemasaran. Karena produk kami juga bisa sampai Samarinda. Harga juga sering tidak stabil,” ungkapnya.

Meski begitu, nilai tukar petani (NTP) dirasa lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Pada Agustus 2020, NTP Kaltim poinnya hanya 110,31. Sementara Agustus 2021 ini, NTP 120,53 atau naik 1,14 persen dibanding NTP pada Juli 2021. 

Peningkatan NTP disebabkan oleh naiknya indeks harga yang diterima petani (It) sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) turun. Alias, pendapatan petani lebih besar dibandingkan pengeluaran mereka.

Namun, pada NTP per subsektor Agustus 2021, masih ada petani yang defisit. Dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, NTP Tanaman Pangan (NTPP) Kaltim sebesar 94,88. Artinya petani palawija dan padi masih belum sejahtera. Sebab, pengeluaran masih lebih besar dari pemasukan.

Meski begitu, petani di sektor lain sudah lebih baik, karena pendapatan lebih banyak dibandingkan pengeluaran mereka. Hal itu terlihat dari nilai tukar petani hortikultura (NTPH) sebesar 104,42. Lalu, nilai tukar petani tanaman perkebunan rakyat (NTPR) sebesar 150,84 dan nilai tukar petani peternakan (NTPT) sebesar 104,40. Terakhir, nilai tukar nelayan dan pembudi daya ikan (NTNP) sebesar 101,51.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kaltim Siti Farisyah Yana menjelaskan bahwa sentra pertanian di Kaltim sudah ditetapkan. Dengan lahan luas di Kaltim, pihaknya berusaha meningkatkan sentra pertanian.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X