Indonesia Bebas Zona Merah

- Jumat, 24 September 2021 | 13:14 WIB

JAKARTA- Peta Resiko penyebaran Covid-19 di laman resmi Satgas covid19.go.id menunjukkan bahwa 34 provinsi di Indonesia telah bersih dari zona merah atau zona resiko penyebaran tinggi  Rabu (22/9). Hanya tersisa beberapa zona oranye dan zona hijau. Sementara sebagian besar tengah berada di zona resiko rendah yakni kuning.

Jubir Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan bahwa berdasarkan analisis data per 19 September lalu, memang sudah tidak ada kabupaten/kota yang berzona merah di Indonesia. Wiku menghimbau, pencapaian ini harus direspon dengan semangat untuk konsisten mempertahankan kondisi yang terkendali ini. Masyarakat juga bukan berarti patut lengah dengan kondisi yang sudah terkendali

”Karena sedikit saja lengah dalam hitungan minggu saja status zonasi bisa berubah,” jelas Wiku pada Jawa Pos (22/9). Berdasarkan data Satgas Covid-19, pertambahan kasus konfirmasi positif harian telah jatuh dibawah angka 5 ribuan per hari-nya sejak tanggal 12 September 2021 lalu. Angka kasus aktif kini tersisa 49 ribuan atau 1,2 persen. Sementara prosentase kesembuhan naik ke angka 95,5 persen.

Disisi lain, pelonggaran aktivitas masyarakat oleh pemerintah memicu peningkatan mobilitas. Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengatakan bahwa berdasarkan data Kementerian Kesehatan, sejak tanggal 2 Agustus 2021 telah terjadi peningkatan mobilitas masyarakat di Indonesia. Bahkan, saat ini mobilitas masyarakat, khususnya di Jawa dan Bali, telah meningkat secara signifikan.

Data tersebut juga sejalan dengan laporan WHO yang dirilis pada 15 September 2021. Laporan tersebut menyatakan bahwa sepekan terakhir mobilitas masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten, mengalami peningkatan signifikan.

"Peningkatan mobilitas yang saat ini bahkan sudah menyamai kondisi sebelum pandemi,” sebut Plate.

Oleh karena itu, meskipun level PPKM tengah turun, pemerintah masih terus memperkuat penerapan aturan perjalanan domestik dan internasional. Hal ini dilakukan beriringan dengan penguatan pengawasan di pintu-pintu masuk internasional ke Indonesia.

Selain itu Johnny menyebut pemerintah terus menambah alokasi vaksin di daerah dengan kasus dan mobilitas tinggi. Hal ini diiringi dengan penambahan tempat sentra vaksinasi, pemberlakuan syarat kartu vaksin untuk pelaku perjalanan dan penggunaan fasilitas publik, dan percepatan vaksinasi pada kelompok rentan, lansia, dan orang dengan komorbid.

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengingatkan pemerintah dan semua pihak untuk tidak terlena kenaikan kasus dan penurunan level PPKM. Memang ia mengakui jika PPKM telah efektif dalam menurunkan kasus.

Namun efektivitas PPKM tidak bisa di generalisasi. Terutama jika berbicara daerah luar Jawa Bali yang secara rekam jejak 3T nya lemah.

Dicky mengatakan, penurunan kasus harus dilihat terlebih dahulu apakah penurunan tersebut sudah sustain atau stabil dengan melihat lamanya waktu tren penurunan kasus tersebut. “Jika baru turun selama dua minggu, saya tidak merekomendasikan untuk dilonggarkan. Sebaiknya tunggu 1 bulan, dilihat apakah naik turun, atau stabil atau turun,” jelasnya. (tau)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Ibu Melahirkan Bisa Cuti hingga Enam Bulan

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:30 WIB

Layani Mudik Gratis, TNI-AL Kerahkan Kapal Perang

Selasa, 26 Maret 2024 | 09:17 WIB

IKN Belum Dibekali Gedung BMKG

Senin, 25 Maret 2024 | 19:00 WIB

76 Persen CJH Masuk Kategori Risiko Tinggi

Senin, 25 Maret 2024 | 12:10 WIB

Kemenag: Visa Nonhaji Berisiko Ditolak

Sabtu, 23 Maret 2024 | 13:50 WIB

Polri Upaya Pulangkan Dua Pelaku TPPO di Jerman

Sabtu, 23 Maret 2024 | 12:30 WIB

Operasi Ketupat Mudik Dimulai 4 April

Sabtu, 23 Maret 2024 | 11:30 WIB

Kaji Umrah Backpacker, Menag Terbang ke Saudi

Jumat, 22 Maret 2024 | 20:22 WIB
X