Ketahui Karakter Anak, Terbantu dari Sekolah

- Kamis, 23 September 2021 | 15:20 WIB
DEKAT: Esti sangat dekat dengan dua anak perempuannya. Memberi pemahaman tentang sex education sejak dini dibantu guru di sekolah.
DEKAT: Esti sangat dekat dengan dua anak perempuannya. Memberi pemahaman tentang sex education sejak dini dibantu guru di sekolah.

SEBAGAI ibu dari tiga anak, Esti Handayani Hardi cukup berhati-hati dalam mengedukasi anak-anaknya. Khususnya mengenai edukasi seks. Putra pertamanya berusia 16 tahun. Sebagai ibu, diakui cukup cerewet agar anak sulungnya itu terbuka dan berkomunikasi aktif dengannya.

“Untuk sex education alhamdulillah sudah diajarkan sejak dia sekolah sih. Sudah dikenalkan. Jadi di rumah tinggal gimana aplikasi dan pembiasaan. Nah, adik-adiknya kan cewek, sudah paham dia bagaimana ke adik-adiknya,” beber Esti.

Anak kedua dan ketiganya berusia 5 dan 3 tahun. Di rumah, Esti memiliki satu ruangan khusus untuk pakaian. “Nah, kami para cewek-cewek alias saya sama anak saya yang kedua dan ketiga ganti baju di situ. Baju kami di situ semua. Meski masih kecil, anak saya yang cewek itu sudah paham, enggak mau buka baju kalau enggak di ruangan itu,” lanjutnya.

Pada momen tertentu, ketika Esti dan dua anak perempuannya mandi bersama, dia akan menjelaskan anggota tubuh khas perempuan yang mereka miliki. “Anak kecil itu luar biasa pintar loh. Saya jelaskan dan pasti komunikasikan. Selain itu anak saya yang usia 5 tahun itu juga sudah dapat edukasi dari TK-nya mengenai anggota tubuh yang boleh dipegang atau enggak,” kata dosen di Universitas Mulawarman itu.

Baginya, sex education tidak sekadar bagaimana hubungan suami-istri. Tapi bagaimana anak paham tentang fungsi alat vital di tubuhnya. “Kemudian misal lagi nonton televisi sama anak pertama, terus ada adegan ciuman, saya enggak tutup matanya. Malah saya jelasin,” lanjutnya.

Bagi Esti komunikasi adalah hal penting untuk anak. Apapun itu, dia akan sampaikan sehingga anak mendapat informasi pertama darinya. Bukan malah penasaran dan mencari tahu sendiri.

Selain itu, bagaimana pengawasan media sosial juga dia lakukan. Namun untuk anak pertamanya, dia sudah menanamkan kepercayaan. Sehingga tidak melulu cek kegiatan internet anaknya.

“Soalnya anak saya ini sekolahnya di luar kota. Jadi memang enggak bisa sering kontrol. Tapi kalau lagi libur lama di rumah, saya selalu carikan kegiatan. Termasuk saya buka toko kecil-kecilan di garasi rumah, dia yang bantu kelola. Jadi waktunya enggak habis dengan main gadget terus misal. Akhirnya anaknya bisa belajar tanggung jawab juga,” sebut Esti.

Dia juga tak ingin menjadi orang tua yang terlalu mengekang kegiatan anak. Terlalu protektif hingga over. Apalagi karakter anak sulungnya memang pemalu dan pendiam. Sehingga dia tak pernah langsung menghakimi. Komunikasi aktif adalah kuncinya.

“Jadi anak saya itu memang harus saya cerewetin ya, maklum anak cowok. Tapi dari situ dia ya terbuka lah sama saya. Sampai hal apapun yang misal dia enggak tahu, tentang bagaimana hubungan cewek sama cowok itu dia tanya ke saya. Saya terbuka sampaikan dan enggak ada yang mesti dianggap tabu,” pungkasnya. (rdm/ndu)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puasa Pertama Tanpa Virgion

Minggu, 17 Maret 2024 | 20:29 WIB

Badarawuhi Bakal Melanglang Buana ke Amerika

Sabtu, 16 Maret 2024 | 12:02 WIB
X