SAMARINDA – Longsor dan banjir bak jadi musibah langganan di Kota Tepian. Setiap musim hujan tiba, satu per satu musibah terjadi di beberapa titik. Salah satunya longsor yang terjadi di Jalan Jelawat, Gang 9, RT 38, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Samarinda Ilir, kemarin (15/9) pukul 10.30 Wita.
Jalan dengan lebar sekitar 1,5 meter ambles. Dua rumah yang berada tepat di tepi jalan ambruk di bagian depan. Musala yang berada di tepi jalan kini terancam ambruk. Sebab, sebagian bangunan tak lagi tertopang tanah.
Aziz, korban longsor menjelaskan, dua hari sebelumnya dinding kediamannya retak. Namun, dia tak berpikir hal tersebut merupakan tanda-tanda longsor. “Sudah sempat ditambal. Ternyata hari ini longsor. Mungkin karena hujan terus dan tanahnya enggak kuat," ungkapnya. Sebelum longsor terjadi, suara rekahan sempat terdengar. Hanya berselang sekitar 10 menit, tanah bergerak. Istri dan dua anaknya langsung dilarikan ke tempat yang aman. "Umur 3 sama 9 tahun. Begitu ada suara dan tanah bergerak, langsung gendong keluar anak paling kecil, pindahkan motor. Kalau pakaian dan barang masih dalam rumah," ungkapnya. Longsor yang terjadi juga menimpa hingga ke RT 6 yang ada di bawah rumah Aziz. Lima rumah terkena dampaknya. Tiga rumah di antaranya rusak di bagian dapur.
Terpisah, Plt Kepala BPBD Samarinda Hambali mengatakan, laporan musibah longsor telah diterima. Nantinya akan diteruskan ke Dinas PUPR Samarinda. "Terpenting akses jalannya ada, kalau enggak yang tidak bisa juga. Kalau begitu, biasanya masyarakat sekitar secara manual," singkatnya.
Terlepas musibah longsor, permasalahan banjir yang menggenang di Kelurahan Sempaja Timur hingga kini tak kunjung surut. Bahkan di wilayah RT 37 dan 38 ketinggian air masih berkisar 50-120 sentimeter (lihat infografis).
"Memang belum ada penurunan yang signifikan, karena air tertahan di SKM (Sungai Karang Mumus)," ungkap Hambali. Tim evakuasi juga dipersiapkan BPBD. Selain itu pihaknya berencana membuat imbauan ke seluruh kecamatan dan kelurahan untuk melakukan pembersihan drainase. Sebab, menurut laporan BMKG yang diterimanya, puncak musim hujan akan terjadi pada Desember mendatang.
"Saat ini masih fokus bantuan logistik, rencananya ada penambahan lagi. Untuk dapur umum geser ke puskesmas karena sudah ada genangan," jelasnya.
Banjir juga terjadi di Kelurahan Tani Aman dan Simpang Tiga. Banjir merupakan kiriman dari kawasan Km 5 dan 8 Desa Purwajaya, Kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara (Kukar). (*dad/dra/k16)