Situasi Pandemi Mulai Terkendali, Pakar Ingatkan Gelombang Ketiga Masih Bisa Terjadi

- Kamis, 16 September 2021 | 14:29 WIB
Vaksinasi yang dilaksanakan di Samarinda.
Vaksinasi yang dilaksanakan di Samarinda.

JAKARTA- Indikator pandemi nasional semakin membaik. Per tanggal 14 September 2021, Satgas Covid-19 mencatat kasus aktif nasional sudah berkurang minus 83,92 persen dari puncaknya pada tanggal 24 Juli 2021.

Saat itu, total kasus aktif nasional mencapai 574.135 orang. Sementara per Rabu (15/9), kasus aktif tercatat tinggal 84.963 orang. ”Per akhir Juli, konsisten turun, Agustus juga turun terus. Sekarang sudah dibawah 100 ribu,” kata Ketua Bidang Data Dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Dewi Nur Aisyah Covid-19.

Selain itu, sudah tidak ada lagi provinsi di Indonesia yang tingkat keterisian tempat tidur Isolasi atau BOR nya di atas 30 persen. Sementara BOR ICU masih ada yang diatas 60 persen. Rerata BOR ICU dan Isolasi nasional saat ini tercatat 13.38 persen.

Dewi mengatakan, bahwa sejauh ini tren penurunan kasus aktif cukup stabil turun. ”Kalau ditarik garis linier ke bawah bakal penurunan stabil di pekan-pekan mendatang,” Jelas Dewi.

Meski demikian, cakupan vaksinasi masih harus ditingkatkan. Satgas mencatat total 118 juta orang sudah di vaksinasi. Angka ini kumulatif dosis 1,2 dan 3. Meski demikian, terlihat bahwa kumulatif vaksinasi dosis 1 masih berkisar di angka 74 juta atau 35,92 persen dari target populasi.

Sementara vaksinasi dosis 2 kumulatif berjumlah 42 juta atau 20,22 persen dari total sasaran vaksinasi yakni 208 juta warga Indonesia. Dewi mengatakan, kecepatan yang bisa dicapai dalam beberapa hari terakhir adalah 10 juta injeksi dalam waktu 8 hari. ”Masih banyak PR, vaksinasi, 3M, 3T yang sempat menurun. Yang kita butuhkan saat ini adalah konsistensi meskipun kondisi cukup stabil,” jelas Dewi.

Selain itu kata Dewi. Butuh juga usaha kolektif bersama. Kedisiplinan individu maupun kolektif saat beraktivitas di ruang publik. Selama pandemi masih belum dicabut statusnya, maka ini masih happening di seluruh dunia. Kita masih punya tantangan varian-varian baru juga. Kita harus masih waspada. Belum boleh lengah,”

Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengungkapkan, meskipun data-data nasional sudah menunjukkan perbaikan, perlu dicatat bahwa hal tersebut adalah dalam level makro. DI level daerah, bisa saja masih terjadi penularan yang cepat. Selama hal tersebut belum bisa dikendalikan, Indonesia masih belum bisa banyak bicara soal transisi ke epidemi atau endemi.

”Ini baru data nasional. Perlu melihat keseharian masyarakat, kita perlu melihat merasakan langsung apa yang terjadi di lapangan. Kasus kesakitan maupun kematian yang sangat bervariasi antar daerah,” katanya.

Ujung dari performa pengendalian di level kabupaten/kota adalah konsistennya indikator-indikator pengendalian. Seperti tes yang mencapai standar, tracing 1 per 15 kontak, serta penerapan 3T dan 3M yang kuat. “Harus konsisten. Tidak boleh naik turun,” jelasnya. 

Per minggu pertama bulan September memang Indonesia sudah mencapai benchmark 1 orang dites per 1 ribu populasi per-minggu Itu. kata Dicky pertama kali setelah satu setengah tahun pandemi. Hal tersebut patut disyukuri.

Namun selama tes tidak memadai dan banyak kasus tidak terdeteksi, maka benchmark tersebut tidak bakal berarti. “Jadi harus tercapai standar tes nya. 3M dan 3T nya secara konsisten, baru dikatakan terkendali,” jelasnya.

Setelah ini tercapai pun, kata Dicky, selama status Pandemi belum dicabut oleh WHO, masyarakat belum bisa beraktivitas dengan aman. Apalagi saat ini ada berbagai varian baru yang muncul ”Tanpa 3T yang kuat, kita menunggu bom waktu potensi gelombang ketiga masih bisa terjadi,” kata Dicky.

Koalisi Masyarakat Sipil untuk Akses Vaksinasi bagi Masyarakat Adat dan Kelompok Rentan meminta Kementerian Kesehatan mengalokasikan Vaksin Johnson and Johnson untuk masyarakat adat dan kelompok rentan. Menurut Direktur Eksekutif Filantropi Indonesia Hamid Abidin, penggunaan vaksin sekali suntik seperti Johnson & Johnson ini. "Khususnya di luar Jawa, akan membuat vaksinasi lebih efisien karena tak perlu dua kali penyelenggaraan vaksinasi," ujarnya kemarin.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X