Industri Batu Bara Kian Cemerlang

- Selasa, 14 September 2021 | 11:07 WIB
ilustrasi
ilustrasi

Harga batu bara terus mengukir sejarah baru dengan menyentuh level USD 150,03 per ton. Angka ini berpotensi terus bertambah, seiring ancaman penurunan produksi akibat cuaca pada triwulan III 2021 dan tingginya permintaan dari Tiongkok, Korea Selatan hingga Eropa.

 

SAMARINDA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga batu bara acuan (HBA) pada September 2021 di angka USD 150,03 per ton. HBA tersebut mengalami peningkatan USD 19,04 per ton dibandingkan Agustus di level USD 130,99 per ton akibat peningkatan kebutuhan untuk pembangkit listrik di Tiongkok.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Tutuk SH Cahyono mengatakan, di tengah penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), sektor pertambangan tetap cemerlang. Dari sisi ekspor maupun produksi masih relatif kuat, terutama permintaan dari Tiongkok dan adanya peningkatan kuota produksi 75 juta ton pada triwulan II 2021.

Namun demikian, kinerja lapangan usaha tambang di triwulan III memiliki tendensi sedikit tertahan seiring dengan gangguan cuaca yang kurang kondusif. Hal ini akan membuat harga batu bara terus meningkat, seiring produksi menurun di tengah permintaan yang tinggi. “Tren kenaikan harga batu bara ini menopang proses pemulihan ekonomi Kaltim,” jelasnya, (12/9).

Dia menjelaskan, lebih dari 85 persen produksi batu bara Kaltim diekspor ke Tiongkok, ASEAN, India, dan sebagainya. Sisanya untuk domestik, mayoritas PLN dan industri. Penerapan PPKM tidak begitu berdampak pada penjualan batu bara ke PLN dikarenakan terikat mandatory DMO dan kontrak awal tahun.

Penerapan PPKM tidak begitu mengganggu operasional perusahaan, karena termasuk ke sektor kritikal. Namun, sedikit hambatan administrasi memiliki kantor di Jakarta. Permintaan pasar ekspor masih relatif kuat, terutama dari Tiongkok dan India. Hal ini yang membuat harga terus meningkat dan ekspor terus menguat.

Nilai ekspor Kaltim pada Juli 2021 mencapai USD 1,83 miliar atau mengalami kenaikan sebesar 11,42 persen dibanding dengan ekspor Juni 2021. Sementara bila dibanding Juli 2020 atau secara tahunan ekspor Kaltim mengalami kenaikan sebesar 93,40 persen. Kenaikan nilai ekspor Juli 2021 disebabkan oleh naiknya nilai ekspor barang non-migas.

Nilai ekspor non-migas pada Juli 2021 sebesar USD 1,76 miliar atau naik sebesar 14,75 persen dibanding nilai ekspor pada Bulan Juni 2021. Sedangkan nilai ekspor migas justru mengalami penurunan sebesar 35,88 persen jika dibanding nilai ekspor Juni 2021, yaitu dari USD 107,60 juta menjadi USD 69,00 juta.

Kenaikan nilai ekspor non-migas cukup berperan dalam mendongkrak kenaikan nilai ekspor secara keseluruhan mengingat peranan nilai ekspor non-migas mencapai 96,22 persen terhadap total nilai ekspor. “Kenaikan ekspor ini membuat pemulihan ekonomi Kaltim bisa lebih cepat,” tutupnya.

Senada, Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi mengungkapkan harga batu bara saat ini cukup fenomenal dalam dekade terakhir. Ini didorong permintaan Tiongkok yang tinggi melebihi kemampuan produksi domestiknya serta meningkatnya permintaan batu bara dari Korea Selatan dan kawasan Eropa seiring dengan tingginya harga gas alam.

Menurut Agung, faktor-faktor tersebut telah mendorong harga batu bara global ikut terimbas naik dan mencatatkan rekor dari bulan ke bulan. Sempat melandai pada Februari-April 2021, HBA mencatatkan kenaikan beruntun pada periode Mei-Juli 2021 hingga menyentuh angka USD 115,35 per ton di Juli. Kenaikan tersebut terus konsisten hingga September 2021 dengan mencatatkan rekor tertinggi baru.

Terdapat dua faktor turunan yang memengaruhi pergerakan HBA, yaitu supply dan demand. Pada faktor turunan supply dipengaruhi oleh season (cuaca), teknis tambang, kebijakan negara supplier, hingga teknis di supply chain seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.

Sementara untuk faktor turunan demand dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti LNG, nuklir, dan hidro. (ctr/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Akhir Maret Arus Mudik dari Pontianak Mulai Naik

Senin, 18 Maret 2024 | 15:00 WIB

Menu ala Timur Tengah di Four Points Balikpapan 

Sabtu, 16 Maret 2024 | 16:10 WIB
X