Hasil penelitian mengenai indeks aktivitas literasi membaca di 34 provinsi menunjukkan, sebagian besar provinsi berada di level aktivitas literasi rendah dan sedang. Tidak ada satu pun provinsi termasuk ke dalam level aktivitas literasi tinggi.
TAMAN bacaan masyarakat (TBM) jadi salah satu pengembangan literasi dengan memadukan pendidikan karakter. Dengan mempraksiskan enam literasi dasar, yakni baca tulis, numerasi, sains, digital, budaya dan finansial.
Di Hari Aksara Internasional 2021 yang jatuh pada 8 September lalu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengadakan sembilan kategori penghargaan, satu di antaranya TBM Kreatif-Rekreatif.
“Dari sekitar 400-an TBM se-Indonesia yang mengikuti seleksi, alhamdulillah kami dari Kaltim masuk delapan yang dapat penghargaan,” jelas Rachmawati, pendiri TBM Iqro dari Lempake.
TBM Kreatif-Rekreatif adalah mereka yang mengelola dan menyelenggarakan program serta layanan literasi secara edukatif, kreatif, dan inovatif. Memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar dan menginspirasi masyarakat luas.
Merupakan program tahunan. TBM Iqro mengikuti penghargaan serupa tahun lalu. “Sayangnya enggak lolos. Alhamdulillah tahun ini dapat (penghargaan). Bentuk apresiasinya berupa uang pembinaan,” beber perempuan yang akrab disapa Rachma itu.
Proses seleksinya yakni menulis esai mengenai kegiatan TBM. Kemudian, masuk tahap wawancara secara virtual. Rachma mempresentasikan kegiatan TBM, termasuk program yang berkaitan dengan literasi sosial. Salah satu yang menjadi nilai tambah adalah keaktifannya mengunggah kegiatan di berbagai media sosial, termasuk blogspot.
TBM yang berdiri sejak 2015 itu memang tidak hanya baca tulis. Namun, Rachma menyelipkan berbagai kegiatan khususnya terkait kebudayaan. Bagaimana membina dan mengembangkan potensi anak-anak di sekitar Jalan Joyo Mulyo, Lempake.
“Memang di sini kebanyakan anak-anak transmigran. Tapi saya menanamkan dan mengajarkan mengenai kebudayaan setempat, dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Ada banyak bakat anak kami. Selain menari, bermusik, ada yang mendongeng, dan berpuisi,” jelas perempuan yang berprofesi sebagai pustakawan itu.
Hingga kini, mereka tampil di program khusus yang tayang di TVRI bertajuk Gaya Ceria. Menampilkan berbagai bakat anak-anak. Meski baru berjalan Agustus lalu, antusias anak-anak cukup tinggi. Keputusan untuk kembali aktif berkegiatan selama pandemi juga dibarengi dengan persetujuan para orangtua dan komitmen menjaga protokol kesehatan.
Tak berhenti di situ, kegiatan lain seperti prakarya turut diadakan. Membuat berbagai kerajinan yang utamanya adalah memanfaatkan limbah. Disulap menjadi barang baru dengan nilai jual. “Intinya adalah edukasi untuk anak-anak. Tidak sekadar tempat membaca,” jelasnya.
Ke depan, Rachma berharap TBM yang dikelola tak hanya membina kategori anak-anak dan remaja. Dia ingin memberdayakan masyarakat sekitar. “Di sini sebagian besar petani. Inginnya mengembangkan potensi lain. Di sini ada banyak eceng gondok. Tapi memang butuh proses, insyaallah saya yakin,” tutupnya. (rdm/dra/k16)