Ke Pundong, Desa Para Miliarder Baru Dampak Kompensasi Tol Jogja–Bawen (2-Habis)

- Rabu, 8 September 2021 | 10:28 WIB
Istiningsih
Istiningsih

Penerima kompensasi terbanyak tak tertarik mobil baru dan memilih berinvestasi. Seperti desa miliarder di Tuban, Pundong hari-hari ini juga diserbu sales berbagai produk serta calo tanah.

 

ILHAM WANCOKO, Sleman

 

MENDADAK jadi miliarder tak lantas mengubah gaya hidup Istiningsih. Tidak ada mobil baru. Bersama sang suami, Margono, dia memilih menggunakan kompensasi lahannya yang terkena proyek jalan tol Jogja–Bawen untuk investasi.

”Saya sedang proses membangun klinik kesehatan dan apotek,” tutur Istiningsih.

Padahal, suami istri warga Desa Pundong, Kabupaten Sleman, Jogjakarta, itu merupakan penerima ganti rugi tertinggi. Mereka menerima Rp 12 miliar. Tapi, mobil yang mereka beli pun mobil bekas jenis Honda Freed. Itu pun karena mobil mereka sebelumnya dibeli kakak Istiningsih.

Pilihan mendirikan klinik dan apotek, kata Istiningsih, rasanya paling tepat di tengah pandemi yang belum tahu kapan berakhir ini. Apalagi, Istiningsih memiliki pengalaman kesulitan untuk mencari vitamin.

Ada dua lokasi yang akan dibangun klinik kesehatan dan apotek. Pertama, tentu di Desa Pundong, tempat asal mereka. Yang kedua di Purworejo, Jawa Tengah. ”Penentuan titik ini berdasar survei lho,” ujar ibu Martha Wijaya dan Khen Swara Wijayaningrum itu.

Selain klinik dan apotek, atas masukan anaknya, Martha Wijaya, yang seorang entrepreneur, Istiningsih juga sedang proses membeli tanah seluas 1 hektare di Purworejo. Tanah itu akan dikavling menjadi sekitar 97 titik. ”Rencananya kami jual tanah kavling itu. Belum sampai membangun perumahan ya,” jelasnya.

Setidaknya ada tiga titik lokasi yang menjadi incaran Istiningsih. Bila satu lokasi tidak bisa deal, ada dua lokasi lain yang masih menjadi cadangan. ”Saat ini masih negosiasi di harga kisaran Rp 1 miliar,” terangnya kepada Jawa Pos kemarin (6/9).

Dalam hitungannya, investasi tanah kavling ini setidaknya akan mendatangkan keuntungan 100 persen dalam dua tahun. Bila modalnya Rp 1 miliar, dalam dua tahun akan menjadi Rp 2 miliar.

Namun, kalau ternyata tidak laku, Istiningsih memiliki pandangan sendiri. Risiko investasi tanah itu sangat kecil. Setiap tahun pasti harga tanah naik. Tidak pernah harga tanah turun. ”Tidak seperti mobil yang selalu turun tiap tahun,” ujarnya.

Rencana lain, membangun sekolah pendidikan anak usia dini (PAUD) dan sejumlah kios. Dia menceritakan, di tanah kompensasi lahan tol itu sebenarnya terdapat kios dan bangunan PAUD. ”Maka, kami juga mencari lahan gantinya,” paparnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X