Beberapa kali nyaris kehilangan nyawa saat bertugas, tak membuatnya gentar. Bagi dia, tugas adalah amanah yang harus dijalankan walau bertarung nyawa. Bila berhasil melewatinya, itu sebuah kebanggaan. Bahkan menjadi prestasi.
ULIL MUA'WANNAH, Balikpapan
PEDOMAN itu yang dipegang benar Komandan Satuan Brimob Polda Kaltim Kombes John Huntal Sarjananto Sitanggang. Meski dalam suasana tegang saat bertugas, dia tetap tenang. Senyum dan tawa juga masih menghiasi wajahnya di depan anggotanya atau temannya sesama anggota kepolisian.
Sejumlah tugas dalam negeri maupun luar negeri pernah dia jalani. Di antaranya, Operasi Cinta Meunasah Aceh pada 1999–2000 menghadapi Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dalam tugas operasi itu, dia mengalami insiden. Mobil pasukan yang ditunggangi mengalami kecelakaan saat melakukan patroli. Mobil oleng ketika dalam perjalanan.
Kejadian nahas itu mengakibatkan ia kehilangan jari telunjuk di tangan kiri. Juga, menjalani perawatan dan fisioterapi selama tujuh bulan di Jakarta. Setelah pulih, John kembali bergabung mengikuti Operasi Pemulihan Keamanan Aceh pada 2002. Pengadangan hingga lemparan bom ataupun granat sudah jadi hal lumrah.
Kerap diterjunkan di daerah konflik tahun 2018–2019, John kembali mengikuti Operasi Nemangkawi Polda Papua. Dia ditunjuk sebagai Dansat Jibom Pas Gegana Korbrimob Polri. Kondisi pada saat itu kembali panas. Peristiwa berdarah tersebut turut merenggut nyawa pekerja PT Istaka Karya. Belum lagi gugurnya anggota TNI-Polri. Kontak senjata berlangsung berhari-hari.
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) sudah lama ada. Mereka sulit ditemukan karena alam di Papua memiliki banyak lokasi persembunyian yang menguntungkan mereka. Daerah yang masih sulit terjangkau dan belum terjamah. Untuk masuk ke sana hanya mengandalkan helikopter. Cuaca dengan mudah berganti. Membuat penerbangan tidak bisa dilakukan setiap harinya.
“Alam Papua berbeda dengan daerah lainnya. Laut tropis, rawa-rawa, gunung es semua ada di sana,” ucap John saat berbincang dengan awak media di ruangan kantornya, pekan lalu.
Dijuluki The Founding Father of Belukar, John berkontribusi dalam pembentukan tim Belukar sebagai pasukan khusus Kor Brimob pada pertempuran hutan. Terdiri dari beberapa orang, mereka ditugaskan menyusup dan memantau area-area yang cukup ekstrem. Bersembunyi di antara semak belukar di perairan ataupun pegunungan. Personel harus siap menghadapi cuaca dingin, keram, dan kelaparan maupun kondisi lainnya.
Menghadapi kelompok kriminal di Papua, kata John, bukan hanya soal kemampuan, tapi juga mental yang kuat. Laksanakan sepenuh hati. Tidak pernah menyerah. Harus tetap maju menyelesaikan tugas demi mempertahankan keutuhan negeri, bagaimanapun kondisinya.
Selama di sana hubungan dengan rekan-rekan TNI begitu dekat, bersinergi sudah layaknya saudara. Saling membantu dan mendukung satu sama lain. TNI-Polri berusaha dekat dengan masyarakat di manapun ditempatkan. Tetapi dalam operasi khusus terkadang membuat personel jarang bisa berinteraksi dengan masyarakat setempat. “TNI-Polri menjadi garda terdepan saat kekacauan dan hal-hal yang mengancam keamanan negara,” tutur pria kelahiran Medan, 46 tahun lalu itu.
Apapun yang dihadapi semua itu merupakan risiko pekerjaannya. Dia hanya bisa meminta perlindungan Tuhan. Istrinya pun dari awal sudah tahu konsekuensi dari profesinya. John menambahkan, mau kaya atau tidak, asal mampu membantu orang, hingga sedia rela berkorban demi menjaga bangsa negara tetap utuh merupakan sebuah pencapaian tertinggi manusia.