Saling Klaim Kemenangan di Panjshir

- Selasa, 7 September 2021 | 09:34 WIB
Seorang milisi perlawanan rakyat Afghanistan penentang Taliban terlihat memegang senjata bersama pasukan Amerika Serikat sebelum negara tersebut dikuasai Taliban. (AFP/DAILY MAIL)
Seorang milisi perlawanan rakyat Afghanistan penentang Taliban terlihat memegang senjata bersama pasukan Amerika Serikat sebelum negara tersebut dikuasai Taliban. (AFP/DAILY MAIL)

KABUL – Taliban tak mau kemenangannya bercela. Mereka ingin melumpuhkan milisi di Lembah Panjshir lebih dulu sebelum mengumumkan susunan pemerintahan mereka yang baru. Kemarin pertempuran terjadi di dekat area yang menjadi benteng Front Perlawanan Nasional (NRF) itu.

Siapa yang di atas angin masih simpang siur. Jurnalis Al Jazeera Charles Stratford melaporkan, berdasar sumber di lapangan, Taliban berhasil dipukul mundur. Ratusan tentara Taliban bahkan ditawan NRF.

Juru Bicara NRF Fahim Dashti menegaskan bahwa kini tidak ada satu pun tentara Taliban di Distrik Paryan. Sekitar seribu anggota Taliban telah dibunuh, terluka, maupun ditangkap setelah rute keluar mereka ditutup. Namun, di pihak lain Juru Bicara Taliban Bilal Karimi menyatakan bahwa pasukannya berhasil mengambil alih lima dari tujuh distrik di Provinsi Panjshir. Di antaranya adalah Khinj dan Unabah.

Situasi yang belum stabil itu membuat beberapa pihak mempertanyakan kemampuan Taliban untuk memimpin Afghanistan. Terlebih, mereka harus bermetamorfosis dari pasukan gerilya menjadi lembaga pemerintahan. ”Saya rasa ada peluang terjadinya perang sipil yang meluas,” tegas Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley seperti dikutip Agence France-Presse. Jika hal itu terjadi, situasinya akan mengarah pada pembentukan kembali Al Qaeda dan pertumbuhan sel-sel ISIS.

Taliban berjanji membentuk pemerintahan yang inklusif dibanding era mereka pada 1996–2001. Tapi, mereka tidak serta-merta mengikuti aturan modern ketika pemerintahan demokrasi berkuasa. Kemarin mereka mengeluarkan aturan bahwa mahasiswi di universitas swasta harus menggunakan abaya dan niqab yang menutupi sebagian besar wajahnya. Kelas juga harus dibagi berdasar jenis kelamin atau dipisah oleh kelambu. Pelajar perempuan juga harus dibimbing oleh guru atau dosen perempuan. Jika tidak memungkinkan, boleh lelaki asal sudah tua.

Itu lebih lunak dibandingkan era Taliban lama di mana perempuan wajib memakai burqa. Beberapa tahun terakhir burqa dan niqab hampir tidak terlihat di jalanan Kabul. Baju tersebut masih dipakai di kota-kota kecil. Salah satu profesor di Kabul yang tidak disebutkan namanya menegaskan, bakal sulit menerapkan aturan baru itu.

Sementara itu, Bandara Hamid Karzai di Kabul sudah dibuka untuk umum. Bandara tersebut hanya melayani penerbangan domestik. Penerbangan internasional hanya berlaku untuk pengiriman bantuan kemanusiaan. (sha/c9/bay)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X