Kenaikan Harga Batu Bara, Hanya Fluktuasi Biasa

- Rabu, 25 Agustus 2021 | 11:22 WIB
ilustrasi
ilustrasi

Saat ini kenaikan harga batu bara menjadi angin segar bagi pebisnis “emas hitam”. Namun, level tersebut diprediksi hanya sementara.

 

SAMARINDA–Harga batu bara acuan (HBA) kembali mencatat rekor tertinggi baru. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan HBA Indonesia pada Agustus 2021 sebesar USD 130,99 per ton. Level tersebut merupakan yang tertinggi lebih dari satu dekade terakhir. Namun, menguatnya harga juga didorong meningkatnya permintaan batu bara ini dianggap hanya fluktuasi biasa.

Sebelumnya, pada Februari 2021, rekor HBA tertinggi dicatatkan sebesar USD 127,05 per ton. Sempat melandai pada Februari–April 2021, HBA mencatatkan kenaikan beruntun pada periode Mei–Juli 2021 hingga menyentuh angka USD 115,35 per ton pada Juli 2021. Kenaikan tersebut terus konsisten hingga Agustus 2021 dengan kembali mencatatkan rekor tertinggi baru.

Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Kaltim Muhammad Hamzah mengatakan, peningkatan harga yang disebabkan tingginya permintaan. Saat ini harga batu bara memang sangat tinggi, namun pihaknya yakin melambungnya harga merupakan fluktuasi biasa. Karena batu bara ini energi yang sebenarnya mulai ditinggalkan.

“Sehingga tingginya permintaan serta harga saat ini tidak menjadi jaminan sektor ini bisa kembali diharapkan,” jelasnya, Senin (23/8).

Dia menjelaskan, emas hitam merupakan sektor yang kini mulai ditinggalkan, jadi pasti suatu saat akan menurun permintaannya diikuti dengan penurunan harga. Masih dihantuinya pada penurunan harga, tetap harus membuat Kaltim sadar bahwa tak bisa selamanya daerah ini bisa melakukan ekspor batu bara mentah.

“Perlu dilakukan hilirisasi agar memiliki nilai tambah, sehingga tak terus dihantui fluktuasi harga,” pungkasnya.

Ditemui terpisah, Pengamat Pertambangan Batu Bara Kaltim Eko Priyatno mengatakan, dalam dunia pertambangan batu bara, fluktuasi harga merupakan hal wajar. Saat ini memang harga sangat baik, dan menjadi angin segar bagi pebisnis emas hitam.

Namun, isu seperti berhentinya PLN menggunakan batu bara, akan membuat penjualan tinggal berharap dari sisi ekspor. Dari sisi ini saja, bisa dilihat bahwa tidak banyak yang bisa diharapkan dari bisnis ini.

“Kalau kita melihat sejak 2011, harga tinggi masih sebatas fluktuasi. Sebab masih ada beberapa periode yang membuat harga batu bara kembali menurun, lalu kembali meningkat,” jelasnya, Senin (23/8).

Dia menjelaskan, harga diprediksi masih akan berfluktuasi, seiring permintaannya yang juga terbatas. Penyerapan batu bara di pasar lokal jelas tidak terlalu banyak, sementara di luar negeri permintaan tidak terlalu drastis bertambah.

Harga memang tinggi, namun sektor ini tetap tidak bisa diandalkan. Pihaknya melihat tidak ada indikasi yang membuat harga ini bisa terus bertahan di angka yang cukup tinggi. Kemungkinan menurun tetap masih ada.

Hal itu tentunya juga disebabkan proyeksi ekonomi dunia yang masih berfluktuasi. Sehingga permintaan juga cenderung masih berfluktuasi. Pihaknya optimis perbaikan harga batu bara, akan membawa perbaikan ekonomi Kaltim. Namun tidak bisa diharapkan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB
X