Dulu Ada 1.895, Kini Travel Agent di Kaltim Sisa 457

- Rabu, 25 Agustus 2021 | 11:02 WIB
Wisatawan domestik menikmati terasering sawah di Ubud, Bali. Akibat pandemi, perjalanan wisata anjlok dan membuat banyak travel agent bangkrut.
Wisatawan domestik menikmati terasering sawah di Ubud, Bali. Akibat pandemi, perjalanan wisata anjlok dan membuat banyak travel agent bangkrut.

SAMARINDA–Jumlah travel agent di Kaltim terus mengalami penurunan. Pada 2017, setidaknya ada 1.895 travel agent di Benua Etam. Saat ini hanya tersisa 457 agensi di Kaltim. Penurunan itu sudah terjadi jauh sebelum ada Covid-19. Sebab, bisnis travel sudah tidak berharap pada penjualan tiket.

Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agenciens (Asita) Kaltim I Gusti Bagus Putra mengatakan, Asita memang sudah lama tidak berharap pada penjualan tiket lagi. Sejak kenaikan tiket pada 2019 dan masyarakat lebih mudah bertransaksi lewat online, kebanyakan travel agent berfokus pada paket tour perjalanan bisnis dan wisata.

Dalam paket tour, satu rombongan bisa mencapai puluhan orang. Rata-rata satu travel agent dalam sebulan bisa mendapat 10 tour wisata sebelum pandemi. Di Kaltim kebanyakan masih berasal dari kunjungan kerja. Misalnya kunjungan kerja Balikpapan ke Kubar, atau pemprov ke Berau dan lainnya.

“Saat pandemi, kunjungan kerja seperti itu tidak ada. Hal itu juga membawa travel agent, banyak yang beralih profesi akibat sepinya kegiatan jual-beli tiket, dan kegiatan tour wisata,” ungkapnya, Senin (23/8).

Dia mengatakan, pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang terus diperpanjang hingga September mendatang, membuat bisnis travel benar-benar kehilangan momen perbaikan. Industri ini tentunya harus bisa bertahan. Namun untuk bertahan, banyak pelaku usaha melakukan diversifikasi usaha seperti menjual sembako, ada juga menjadi supplier alat berat, pertanian, peternakan, dan lainnya.

Hal itu dilakukan agar bisa bertahan sampai Covid-19 selesai. Sebab, bisnis travel tidak bisa diharapkan saat pandemi, karena tidak ada orang yang bepergian kecuali sangat penting. Selain itu, pelaku usaha juga banyak belajar dan mengikuti seminar MICE, Tour inbound secara virtual.

“Hal itu dilakukan untuk bertahan dalam situasi sulit ini, kita sudah lama tidak pernah berharap pada penjualan tiket saja,” jelasnya.

Pihaknya berharap, tambah dia, pandemi segera diatasi. Minimal kembali melandai agar pariwisata mulai bangkit. Bepergiannya masyarakat saat ini sudah sangat memerhatikan protokol kesehatan. Sebelum pandemi, liburan mungkin mengabaikan semua protokol kesehatan. Tapi setelah Covid-19, traveler dituntut untuk tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Prinsip ini akan memberikan warna yang berbeda di Indonesia. Ada manajemen pengunjung, sehingga tidak terjadi penumpukan wisatawan di satu tempat. Kemudian ada pengalaman lokal yang unik. Di samping itu, destinasi pariwisata juga didorong untuk terus berbenah, dan semakin agresif dalam menerapkan prinsip pembangunan pariwisata yang berkelanjutan (resilience, sustainable, dan responsible). “Setelah PPKM, mungkin kegiatan seperti tour wisata bisa kembali digalakkan,” harapnya. (ctr/tom/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X