Saling Beri Manfaat kepada Mahasiswa

- Selasa, 24 Agustus 2021 | 11:38 WIB
TIGA BULAN: Peserta Kampus Mengajar diberi kesempatan mengabdi dan implementasi ilmu terkait pendidikan selama tiga bulan di SD yang mereka pilih.
TIGA BULAN: Peserta Kampus Mengajar diberi kesempatan mengabdi dan implementasi ilmu terkait pendidikan selama tiga bulan di SD yang mereka pilih.

AKHIR Juli lalu, enam mahasiswa datang ke SD Islam Al-Amin Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara. Mereka mengatakan bagian dari program Kampus Mengajar angkatan 2. Datang tanpa dosen pembimbing lapangan (DPL) dan langsung menghadap Sugeng Harsono.

"Saya tak tahu kalau ada mereka ini. Katanya program dari pusat, dari Jakarta sana. Saya tolak awalnya, karena kan ini lagi pandemi, sebab mereka ini kan termasuk orang luar meski semuanya anak Unmul," bebernya selaku pembina Yayasan Pendidikan Islam Terpadu Al-Amin.

Beberapa hari kemudian, sang DPL menghubungi Sugeng. Menjelaskan program Kampus Mengajar. Hingga akhirnya para mahasiswa kembali datang dengan membawa berbagai berkas pendukung termasuk hasil swab antigen.

"Saya sangat berterima kasih. Jadi mereka bisa membantu dan menjadi mitra guru. Kemudian juga membantu di sekolah terkait sistem pembelajaran," ujarnya.

Sugeng menjelaskan, sekolah mereka mulanya menerapkan sistem belajar daring. "Tapi saya merasa 80 persen sangat tidak efektif. Para wali murid meminta untuk tatap muka," katanya.

Sebab, menurut Sugeng, pendidikan dasar selain mengenal pelajaran, juga ada nilai pembentukan karakter yang mesti ditanamkan. Jika lewat daring, sulit tercapai. Bahkan tidak ada sama sekali. Tidak ada interaksi langsung.

Oleh sebab itu, dia menerapkan sistem belajar tatap muka dengan peraturan ketat. Selain memakai masker, cuci tangan dan jaga jarak, dia juga meminta agar para wali murid jujur terkait kondisi.

Misal anak menunjukkan gejala, atau sehabis bertemu dengan mereka yang dari luar kota. Setiap minggu juga dilakukan penyemprotan disinfektan berkala. Sugeng ingin memastikan agar para murid tetap aman dan nyaman ikuti kegiatan belajar-mengajar.

Waktu belajar juga maksimal dua jam. Dengan aturan tegas tidak ada saling meminjam barang antar teman. Para wali murid cukup patuh terhadap anjuran tersebut. Sebab di awal, Sugeng menyebut, orangtua siswa sepakat dengan sistem pembelajaran.

"Dengan kehadiran mahasiswa Kampus Mengajar, saya dari pihak sekolah harus memberi manfaat kepada mereka juga. Kalau belajarnya online, sulit untuk mereka tercapai programnya," beber Sugeng.

Mahasiswa diberi amanah memegang masing-masing jenjang kelas. Berbeda dengan Kampus Mengajar angkatan 1, benefitnya yakni konversi SKS jadi 20, sebelumnya 12. Walaupun waktu mengajar lebih lama, yakni satu semester dibanding sebelumnya hanya tiga bulan. Lokasi penempatan juga makin banyak, utamanya pada daerah berkembang.

Berada di daerah Bukit Pariaman, Tenggarong Seberang, para mahasiswa Kampus Mengajar disebutkan memiliki base camp atau tempat tinggal sementara. Dekat dengan akses sekolah dan fasilitas pendukung seperti jaringan internet.

Diakui Sugeng, program ini bagus dilaksanakan. Membantu tenaga pendidik khususnya di daerah untuk mengembangkan sekolahnya. SD Islam Al-Amin adalah sekolah baru, sehingga, diungkapkan Sugeng, dia senang karena sudah terdaftar di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Mendapat kesempatan jadi lokasi penempatan mahasiswa Kampus Mengajar khususnya angkatan 2. (rdm/tom/k16)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X