Kampus Mengajar, 15 Ribu Pendaftar Meski Pandemi

- Selasa, 24 Agustus 2021 | 11:26 WIB
BERKESAN: Tiga bulan mengajar di SD Islam Alam Al-Fatah, justru banyak pengalaman dan tantangan dirasakan.
BERKESAN: Tiga bulan mengajar di SD Islam Alam Al-Fatah, justru banyak pengalaman dan tantangan dirasakan.

Berbagai program diluncurkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Salah satunya Kampus Mengajar. Implementasi pendidikan khususnya daerah 3 T (tertinggal, terluar dan terdepan) guna tingkatkan mutu pendidikan di tengah pandemi. Dengan antusias 15 ribu mahasiswa se-Indonesia.

 

MERUPAKAN bagian dari program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM). Bekerjasama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Tidak ada syarat khusus bagi program studi tertentu, pun tidak ada kuota khusus setiap provinsi. Terbuka bagi seluruh mahasiswa dari perguruan tinggi di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti).

Program tersebut melakukan pengajaran kepada siswa di bangku sekolah dasar (SD). Menjadi mitra guru untuk berinovasi dalam pembelajaran literasi, numerasi serta adaptasi teknologi.

Dalam surat tugas dari Kemendikbud tertanggal 20 Maret, tercatat ada 14.621 mahasiswa yang lolos seleksi dari 36 ribu mahasiswa yang mendaftar. Menjembatani kesulitan belajar di SD baik secara daring maupun luring. Dilaksanakan mulai 22 Maret hingga 25 Juni.

Salah satunya yakni Nadia Karima Maula, mahasiswi Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Malang (UNM). Mendapat penempatan di SD Islam Alam Al-Fatah Sambutan, Samarinda bersama enam teman lainnya yang juga mengikuti program Kampus Mengajar.

“Sewaktu daftar memang masukin alamat domisili rumah di Samarinda. Dari beberapa pilihan SD yang ada, Sambutan itu yang jaraknya paling dekat dari rumah,” ujar alumnus SMA Islam Bunga Bangsa yang berdomisili di Lempake tersebut.

Diungkapkan jika mulanya dia mendapat informasi dari keluarga dan temannya. “Mereka tahu kalau saya itu memang suka dunia pendidikan. Kenapa enggak coba daftar kan. Saya tertarik karena selain kembangkan potensi mahasiswa, juga membantu pemerataan pendidikan di SD-SD,” bebernya.

Nadia menyebut jika penempatan SD berdasarkan alamat yang terdata. “Misal kalau saya kan kebetulan lagi di Samarinda, jadi masukkan alamat domisili di Samarinda. Dapat penempatan di sini,” beber perempuan kelahiran 2000 itu.

Syaratnya yakni mahasiswa aktif minimal duduk di semester 5, diutamakan memiliki pengalaman mengajar atau berorganisasi. Dengan berbagai dokumen yakni rekomendasi dekan, pernyataan komitmen, surat izin orangtua, surat keterangan sehat dan transkrip nilai. Lalu surat keterangan pengalaman mengajar atau berorganisasi dan sertifikat prestasi yang bersifat opsional.

Proses seleksi yakni selain validasi data dan berkas. Lalu peserta yang lolos lanjut untuk tes kebhinekaan secara online. Masuk ke laman yang sudah disediakan dan menjawab soal sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Keaktifannya pada grup koordinasi, membuat Nadia didapuk sebagai Duta Kampus Mengajar Wilayah Kalimantan Timur (Kaltim). Dia menjadi jalur koordinator peserta Kampus Mengajar di Kaltim ke panitia.

“Jadi misal mereka ada kendala atau kesulitan, itu yang saya rangkum dan sampaikan. Jadi enggak mereka masing-masing langsung ke panitia. Ada yang kendalanya ternyata dari rumah dan SD penempatan itu aksesnya jauh, sampai tiga jam perjalanan. Bahkan ada yang mesti naik kapal dulu. Masalah akomodasi dan transporasi,” bebernya.

Nadia aktif untuk mengomunikasikan ke pihak panitia. “Nah sarannya, bisa cari sewaan atau kontrakan sekitar SD. Ada juga yang tinggal di rumah kepala desa atau kepala sekolah yang justru membolehkan tinggal di rumahnya. Benar-benar dijamu gitu jadinya,” terangnya antusias.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X