Pariwisata Lesu, Terpaksa Jual Aset, Ada Pemilik Biro Perjalanan yang Beralih Usaha Kebun

- Selasa, 24 Agustus 2021 | 11:07 WIB
Wisata yang dulunya jadi andalan, kini mati suri. Pengusaha biro perjalanan pun banyak yang alih usaha bahkan gulung tikar.
Wisata yang dulunya jadi andalan, kini mati suri. Pengusaha biro perjalanan pun banyak yang alih usaha bahkan gulung tikar.

BALIKPAPAN–Perjalanan luar negeri sudah banyak yang dibuka. Meski disambut antusias, kebanyakan orang yang akan pergi masih enggan melakukan perjalanan keluar. Alasannya karena pemberlakuan karantina masih diterapkan.

Beberapa daerah juga masih menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4, yang membuat masyarakat belum leluasa bergerak. Apalagi untuk bepergian keluar negeri. Walhasil, pelaku biro perjalanan belum bisa berjualan secara maksimal. Padahal, hampir seluruh pelaku pariwisata telah menerima vaksin.

Belum lagi penerapan persyaratan polymerase chain reaction (PCR), bagi yang hendak bepergian menggunakan pesawat. Walau harga tes PCR telah diturunkan. Namun sebagian kalangan masyarakat masih enggan bepergian. Sedangkan untuk penerbangan domestik, khususnya di Pulau Jawa telah digantikan cukup dengan swab antigen.

“Ke depan semoga persyaratan swab antigen tidak hanya di Jawa tapi seluruh daerah, sehingga masyarakat tidak terlalu terbebani. Dengan syarat mereka telah menerima vaksinasi tahap dua. Kasus positif Covid-19 di Kaltim juga saya lihat mulai menurun. Semoga juga dibarengi dengan jumlah penerima vaksin yang meningkat agar pariwisata kembali jalan,” ucap Ketua Indonesia Inbound Tour Operators Association (IINTOA) Kaltim Joko Purwanto.

Dia menambahkan, dari pertemuan yang digelar setiap Jumat oleh anggota IINTOA maupun stakeholder lainnya, animo wisatawan asing yang hendak pergi ke Indonesia sangat tinggi. Terutama wisatawan asal Asia Tenggara maupun Eropa. Namun sampai sekarang pemerintah masih menerapkan berbagai pembatasan. Begitu juga lokasi wisata yang masih banyak ditutup. Terutama Bali, yang banyak dikunjungi turis asing. Lokasi wisata di Pulau Dewata hingga sekarang masih ditutup.

Pelaku biro perjalanan juga sangat menantikan kelonggaran. Mengingat selama hampir dua tahun tidak ada pemasukan. Bahkan hampir 95 persen biro perjalanan tutup. Berganti profesi hingga menjual aset-aset pribadinya.

“Sudah banyak yang bertanya kapan Indonesia buka (lokasi wisata). Saya juga yakin ketika pandemi menurun pariwisata Indonesia akan booming. Dan seharusnya pemerintah sudah memikirkan bagaimana caranya agar biro perjalanan bisa bangkit,” beber Joko.

“Ini seperti kembali ke titik nol lagi. Tapi sampai sekarang pun, pengajuan pemberian modal atau pinjaman lunak belum disetujui pemerintah. Bagaimana kami bisa bangkit, jika modal saja tak ada. Masa kami hanya jadi penonton dan operatornya dari luar negeri semua,” lanjutnya.

Melihat peluang kunjungan luar negeri yang masih baik setelah pandemi nanti, menurut dia, Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan mestinya kembali membuka penerbangan internasional. Dalam hal ini, dia akan berbicara kembali dengan pihak Angkasa Pura. Sehingga penerbangan tersebut benar-benar terwujud.

“Perjalanan langsung dari luar negeri ke Balikpapan akan dibicarakan lagi untuk membuka peluang perjalanan internasional. Karena sangat sayang bila tidak dibuka, bandara kita ini padahal sudah bertaraf internasional dan mewah,” tambahnya.

Kaltim pun menurutnya tidak kalah dengan Bali. Bila seluruh stakeholder bisa fokus pada pembangunan dan pariwisata. Itu tentu saja akan menambah pendapatan asli daerah (PAD). Serta membuat nama Kaltim lebih dikenal dunia. “Paling banyak wisatawan kita dari kawasan Asia Tenggara. Dari India juga mulai naik, wisatawan Eropa cukup besar,” imbuhnya.

Pada seminar ke-44 yang digelar IINTOA, Jumat (20/8), Ketua Umum IINTOA Paul Edmundus mengatakan, selama pandemi dampak signifikan sangat dirasakan biro perjalanan. Dia pun turut merasakan. Manakala harus menjual aset yang dimiliki demi untuk bertahan hidup. Biro perjalanan pada masa kini seluruhnya mengeluhkan hal serupa.

Seluruh biro terdampak, mau kecil dan besar sekarang sangat kesulitan semua. Tidak hanya di Bali, pelaku biro perjalanan di Kaltim juga. IINTOA merupakan motor penggerak yang berperan mendatangkan wisatawan asing ke Indonesia. Mereka bekerja sama dengan travel-travel di luar negeri.

“Saya terpaksa sampai menjual aset seperti kendaraan. Dari pariwisata sementara ini saya bertanam kebun. Itu banyak terjadi pula sama teman-teman biro perjalanan lainnya. Apalagi kami sudah puluhan tahun bergantung dari pariwisata. Tapi mau tak mau, selain menjual aset, banyak pula yang beralih profesi. Harapannya kami sih Indonesia segera dibuka (pariwisata) dan pandemi segera berakhir,” tutupnya. (lil/rom/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X