Travel Agent Tak Punya Momen Peningkatan Penumpang, Ingin PPKM Segera Berakhir

- Sabtu, 21 Agustus 2021 | 12:12 WIB
MEMBERATKAN: Syarat keberangkatan yang semakin ketat, ditambah ditutupnya objek wisata selama PPKM membuat sektor pariwisata kian melemah.
MEMBERATKAN: Syarat keberangkatan yang semakin ketat, ditambah ditutupnya objek wisata selama PPKM membuat sektor pariwisata kian melemah.

Penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sejak Juli benar-benar menghapus kesempatan industri pariwisata bisa bangkit. Tidak ada momen peningkatan penumpang bagi travel agent.

 

SAMARINDA–Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Kaltim I Gusti Bagus Putra mengatakan, satu-satunya kenaikan penumpang tahun ini hanya terjadi pada Mei dan Juni. Setelah momen Idulfitri, banyak keberangkatan yang dilakukan masyarakat untuk berlibur di luar daerah seperti di Bali.

Namun, saat awal Juli, begitu PPKM diberlakukan, seluruh perjalanan kembali mandek. Apalagi PPKM yang semula diberlakukan hanya sampai 20 Juli, ternyata terus diperpanjang sampai Agustus. Masyarakat yang semula menunda keinginan untuk berangkat kembali mengurungkan niatnya.

Bahkan, dengan peraturan perjalanan yang semakin ketat, seperti melampirkan sertifikat vaksin dan hasil PCR negatif semakin memberatkan orang untuk berangkat. Pasalnya, biaya PCR yang kurang lebih dengan harga tiket dan kesempatan untuk mendapat vaksin juga sulit.

"Jika terus diperpanjang sektor pariwisata benar-benar mati. Tapi kini ada tanda penurunan kasus Covid-19 selama PPKM, mudahan segera ada relaksasi yang bisa berimbas bagi pariwisata,” kata Gusti, Jumat (20/8).

Dia mengatakan, relaksasi yang dimaksud bisa seperti sebelum PPKM. Seperti syarat perjalanan udara cukup dengan mengantongi hasil rapid antigen negatif. Kemudian perjalanan darat bisa dengan rapid test antibodi.  

"PPKM membuat kita tidak bisa berwisata sama sekali, semua dibatasi. Ini membuat pelaku usaha pariwisata banyak banting setir ke bisnis makanan, bahkan ada yang berkebun untuk memenuhi kebutuhan harian,” katanya.

Saat tidak ada PPKM, menurut Gusti, wisata lokal masih bisa digalakkan. Baik wisata dalam kota, hingga wisata antar-kabupaten kota dalam satu provinsi. Namun, PPKM benar-benar mematikan tempat wisata, termasuk wisata dalam kota. Menurut dia, PPKM membuat keadaan bahkan lebih parah daripada awal pandemi. Sebab, tanpa PPKM masih bisa berwisata di dalam kota. Kini jangankan ingin berwisata, makan di tempat saja dibatasi. Sehingga yang bisa menggerakkan ekonomi saat ini hanya pemerintah. Kalau pemerintah tidak menggerakkan itu, maka akan semakin sulit keadaannya.

“Tapi apapun keputusan pemerintah, pelaku usaha harus siap mengikuti. Kami berharap akhir Agustus PPKM selesai dan pariwisata bisa kembali bergerak,” ujarnya.  

Selain itu, pihaknya berharap aturan PCR untuk penerbangan bisa dihapuskan atau seperti sebelum PPKM. “Kita tidak memiliki momen peningkatan penumpang, tidak ada wisata lokal, sehingga benar-benar tidak ada momen kebangkitan pariwisata,” pungkasnya. (ctr/tom/k8)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X