Manajemen Rantai Pasok, Seharusnya Ada Jalur Alternatif

- Rabu, 18 Agustus 2021 | 11:02 WIB
Di Samarinda, pintu muara logistik untuk produk yang dikonsumsi setiap hari berada di Terminal Peti Kemas (TPK) Palaran, lalu dikirim ke kawasan Pergudangan Samarinda, di Jalan Ir Sutami, Sungai Kunjang.
Di Samarinda, pintu muara logistik untuk produk yang dikonsumsi setiap hari berada di Terminal Peti Kemas (TPK) Palaran, lalu dikirim ke kawasan Pergudangan Samarinda, di Jalan Ir Sutami, Sungai Kunjang.

SAMARINDA-Jalur transportasi berperan penting dalam manajemen rantai pasok. Di Samarinda, pintu muara logistik untuk produk yang dikonsumsi setiap hari berada di Terminal Peti Kemas (TPK) Palaran, lalu dikirim ke kawasan Pergudangan Samarinda, di Jalan Ir Sutami, Sungai Kunjang.

Saat ini salah satu jalur logistik, tepatnya di Jalan KH Mas Mansyur ditutup hingga 20 Agustus mendatang, dikarenakan pengecoran jalan. Dampak dari kegiatan ini, arus barang terutama kontainer menjadi tersendat. Sehingga, harus mencari jalan alternatif.

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kaltim Bidang Logistik Sevana Podung mengatakan, pihaknya berharap pemerintah daerah memberikan jalur alternatif untuk kontainer melintas. Sebab, dengan ditutupnya jalur logistik di Samarinda ini, akan berpotensi membuat kenaikan harga barang-barang dari TPK Palaran.

“Jalur dari Palaran ke pergudangan Samarinda saja sudah kurang lebih mencapai 15 kilometer, ongkos sudah mahal. Kalau tidak ada jalur alternatif bisa mandek semua keperluan Samarinda dan sekitarnya,” ujarnya, Senin (16/8).

Saat ini, jalur penghubung logistik yang setiap hari dilalui truk kontainer tersebut baru masuk tahap pengecoran sehingga harus ditutup total. Akibatnya, satu-satunya pilihan agar pasokan tidak terhenti adalah memutar melalui Tenggarong, Kutai Kartanegara.

Sebab, selain Jembatan Mahulu, tidak ada jembatan di Samarinda yang bisa dilintasi kendaraan roda 14 tersebut. “Kalau jalur itu ditutup, berbicaranya bukan tentang jalannya tapi tentang bisnis logistiknya seperti apa. Dalam situasi seperti ini, bahan pangan sangat dibutuhkan, sehingga pasokan jangan sampai terganggu,” tuturnya.

Menurutnya, pelaku usaha tentunya berteriak jika tidak ada jalur alternatif yang memiliki cost sama atau minimal lebih murah. Jika jalur alternatifnya harus berputar ke Kutai Kartanegara lewat Tenggarong, biaya logistiknya akan menjadi tiga kali lipat dari biasanya. Sebab, dari TPK Palaran melalui Tenggarong untuk ke kawasan pergudangan jaraknya bisa sampai 90 kilometer.

Karena itu, biaya solar yang harus ditanggung pengusaha akan menjadi naik, belum lagi waktu yang harus dibuang lebih banyak.

Sevana Podung pun meminta pemerintah daerah memberikan alternatif, misalnya mengizinkan Jembatan Mahakam untuk dipakai sementara saat jalur Jembatan Mahulu ditutup. Agar mengurangi beban jembatan, tinggal ditentukan jam operasinya. Sehingga, kerugian tidak semakin banyak ditanggung oleh pelaku usaha.

“Kita mendukung perbaikan jalan ini, sebab untuk kebaikan kita bersama. Namun sambil menunggu ini, logistik tidak boleh terhenti. Harus tetap jalan, sehingga kita berharap diberikan jalur alternatif agar kontainer bisa tetap lewat membawa kebutuhan keseharian Samarinda dan sekitarnya,” pungkasnya. (ctr/tom/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X