BPPT Luncurkan Fast Charging Station Kendaraan Listrik untuk Masyarakat Umum

- Sabtu, 7 Agustus 2021 | 11:01 WIB
Fasilitas pengisian tenaga bagi pemilik kendaraan listrik di ibukota terus bertambah. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama Pertamina (5/8) meluncurkan unit fast charging station untuk mobil dan motor listrik. Sesuai namanya, stasiun pengisian energi ini memiliki keunggulan kecepatan pengisian setrum.
Fasilitas pengisian tenaga bagi pemilik kendaraan listrik di ibukota terus bertambah. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama Pertamina (5/8) meluncurkan unit fast charging station untuk mobil dan motor listrik. Sesuai namanya, stasiun pengisian energi ini memiliki keunggulan kecepatan pengisian setrum.

JAKARTA – Fasilitas pengisian tenaga bagi pemilik kendaraan listrik di ibukota terus bertambah. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama Pertamina (5/8) meluncurkan unit fast charging station untuk mobil dan motor listrik. Sesuai namanya, stasiun pengisian energi ini memiliki keunggulan kecepatan pengisian setrum.

Kedua unit stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) itu berada di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Pertamina di Jalan Lenteng Agung dan Jalan MT Haryono Jakarta. Unit SPKLU yang diresmikan memiliki fasilitas fast charging 50 kW. Kemudian juga dilengkapi dengan berbagai jenis colokan atau plug charger standar Eropa dan jepang. Seperti SCS2 gun (standar Eropa), Chademo (standar Jepang). Serta arus listrik AC Type 2 dengan daya 43 kW.

Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan hadirnya inovasi SPKLU tersebut, meningkatkan kandungan dalam negeri (TKDN). ’’Jika di-breakdown, banyak komponen dari SPKLU yang bisa dibuat secara lokal,’’ katanya. Dia mengatakan untuk pengisian motor listrik, dibutuhkan waktu 30 sampai 40 menit. Sedangkan pengisian mobil listrik, cukup 40 sampai 50 menit. Perhitungan durasi pengisian daya itu dihitung dari nol sampai 100 persen.

Menurut Hammam, BPPT merupakan pioneer pengembangan SPKLU berjenis fast charging di Indonesia. Riset fast charging tersbeut sudah berjalan sejak 2018 lalu. BPPT bekerjasama dengan PT LEN untuk membuat unitnya. BPPT berhasil mengembangkan SPKLU tipe fast AC 22 kW untuk mobil listrik. Kemudian juga mengembangkan SPKLU untuk motor listrik. Nantinya akan melayani pengisian energi motor listrik Gesits. Selain itu BPPT juga berinovasi mendirikan stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) dengan kapasitas 12 loker baterai motor listrik Gesits. Seluruh inovasi ini memiliki TKDN sekitar 40 persen.

Hammam mengatakan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia harus terus dikembangkan. Tidak hanya soal keberadaan unit kendaraan listriknya saja. Tetapi juga infrastruktur pengisian energinya. Selain model pengisian secara langsung, dia mengatakan BPPT juga menyiapkan kajian tempat pengisian daya berbasis tukar baterai.

Dia menuturkan kebutuhan infrastruktur pengisian kendaraan listrik di Indonesia ke depan semakin besar. ’’Proyeksi Kementerian ESDM, potensi 2021 ini ada 125 ribu unit mobil listrik. Kemudian ada 1,34 unit motor listrik,’’ katanya. Banyaknya unit kendaraan listrik tersebut harus mendapat dukungan infrastruktur yang memadai.

Dia menjelaskan semakin banyak kendaraan listrik di Indonesia memiliki dampak besar. Baik itu di sektor lingkungan maupun keuangan negara. Dia mengatakan kendaraan listrik berkontribusi pada penurunan impor bahan bakar sebanyak satu juta barel pada 2020 lalu. Kemudian diperkirakan kembali menurunkan impor sebanyak 373 juta barel pada 2050 nanti. Dia mengasumsikan penghematan devisa dari penurunan impor bahan bakar itu mencapai Rp 87 triliun lebih. Hammam optimis kendaraan listrik ke depan menjadi gaya hidup atau future trend. Untuk itu dia berharap Pertamina terus membangun SPKLU di titik-titik lainnya.

Akhir tahun ini BPPT rencananya menghasilkan prototipe SPKLU tipe kombinasi rapid DC 50 kW dan fast AC 22 kW untuk roda empat. Alat ini dilengkapi dengan tiga tipe plug charger sekaligus. Yaitu CCS 2 Combo, CHAdeMO untuk DC charging, dan AC Type 2 untuk AC charging. Hammam berharap inovasi ini segera dihilirasasi oleh PT LEN.

Selain membangun piranti fisik pengisian energi kendaraan listrik, BPPT juga menyiapkan aplikasi pemantauannya. Melalui aplikasi bernama SONIK, BPPT memantau pemanfaatan seluruh SPKLU yang telah terkoneksi. Data yang terekam di aplikasi SONIK itu bisa dipakai untuk kajian kendaraan listrik di Indonesia. Selain itu aplikasi SONIK juga bisa mendeteksi jika ada gangguan di lokasi SPKLU.

Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mendukung kerjasama BPPT dengan Pertamina menghadirkan SPKLU itu. Kerjasama ini bagian dari percepatan pengembangan ekosistem kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) di Indonesia.

Dia mengungkapkan di dalam dokumen grand strategi energi nasional, jumlah kendaraan listrik ditargetkan meningkat di Indonesia. Pada 2030 nanti ditargetkan ada 2 juta mobil listrik dan 13 juta motor listrik di Indonesia. Kemudian untuk pembangunan SPKLU pada 2030 ditargetkan sebanyak 25 ribu unit di seluruh Indonesia. ’’Sampai saat ini telah terbangun 147 SPKLU di 119 lokasi,’’ katanya. (wan)

 

 

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

BPJS Ketenagakerjaan Perkuat Kerja Sama dengan SRC

Jumat, 29 Maret 2024 | 14:49 WIB

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB
X