Apriyani Waktu Kecil Hanya Dianggap Banyak Makan, Pakai Raket Kayu yang Senarnya Disambung

- Rabu, 4 Agustus 2021 | 10:03 WIB
Greysia Polii dan Apriyani Rahayu
Greysia Polii dan Apriyani Rahayu

Raihan emas Greysia Polii dan Apriyani Rahayu adalah buah perjuangan memulai impian dengan menyeberang ke Jawa, berlatih memakai raket yang senarnya disambung, dan mencueki cibiran masonggi.

 

ADI HIDAYAT, Konawe

RIZKY AF, RAGIL PI, Jakarta

 

AMIRUDDIN Pora ingat betul sejumlah orang mencibir kemampuan bulu tangkis sang putri. Yang posturnya disebut tak ideal, yang dibilang kuat cuma karena masonggi alias makannya banyak. “Padahal, Ani itu memang tiap hari berlatih keras dan disiplin. Sejak usia 3 tahun, dia juga senang main badminton,” katanya kepada Kendari Pos.

Beruntung, Ani juga tak terpengaruh segala cibiran tersebut. Dengan raket kayu sederhana, yang senarnya disambung, di lapangan seadanya, upik kelahiran Lawulo, Kecamatan Anggaberi, Kabupaten Konawe, itu tetap fokus berlatih.

Dan, belasan tahun, persisnya Senin (2/8), dia kemudian memetik ketekunan meniti jalan pedang tersebut. Apriyani Rahayu, si Ani kecil dari Kampung Lawulo nun di Sulawesi Tenggara tadi, berhasil merebut emas ganda putri Olimpiade Tokyo 2020 berpasangan dengan Greysia Polii.

“Dia (Apriani Rahayu) sudah mencapai apa yang dicita-citakan. Saya tidak pernah membayangkan Ani menjuarai Olimpiade,” ujar Amiruddin saat ditemui setelah menonton bareng penampilan anaknya melalui televisi di rumahnya kemarin.

Greysia maupun Apriyani sama-sama menunjukkan ketertarikan besar pada bulu tangkis sejak usia belia. Pengikat lain keduanya: determinasi yang kuat.

Apriyani, misalnya, mewarisi minat dan bakat bulu tangkis dari sang mama, Sitti Jauhar (almarhumah), jagoan bulu tangkis antar-instansi di lingkup Pemkab Konawe. “Tapi, mamanya tidak mau berikan raket yang bagus. Jadi, disambung-sambung itu (senar raketnya),” kenangnya.

Pada usia 6 tahun, Greysia juga meninggalkan Manado menuju Jakarta untuk memburu impian menjadi pebulu tangkis. Dia berlabuh di PB Jaya Raya, salah satu klub bulu tangkis besar di Tanah Air.

Minimnya fasilitas, terutama lawan tanding setara, dan turnamen memang membuat bakat-bakat bulu tangkis dari luar Jawa harus menyeberang ke Jawa. Klub-klub besar badminton berpusat di sini.

Lewat perantaraan Yuslan Kisra, yang kala itu menjadi wartawan Waspada, Apri akhirnya bisa dibina di klub yang dipandegani juara dunia 1993 Icuk Sugiarto: PB Pelita Bakrie. Itu setelah dia mendapat telepon dari rekannya di Konawe bernama Akib Ras, salah seorang pengurus PBSI, setelah Apri merebut tiga emas di Porprov Sulawesi Tenggara.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X