Pengusaha Travel Ngaku Rugi Miliaran Rupiah

- Selasa, 3 Agustus 2021 | 10:56 WIB
Hampir dua tahun belakangan ini karena pandemi, dunia penerbangan dan travel dihantam krisis.
Hampir dua tahun belakangan ini karena pandemi, dunia penerbangan dan travel dihantam krisis.

BALIKPAPAN-Kerugian besar tidak bisa dihindari selama pandemi. Banyak ongkos yang dikeluarkan para pengusaha termasuk pihak travel agent.

Dalam kurun waktu hampir dua tahun, Joko Purwanto owner dari Trans Borneo Tours and Travel menuturkan, selain terpaksa merumahkan seluruh karyawan, kerugian akibat pembatalan dari pihak pengguna jasanya membuatnya harus bersikap legawa. Bila ditotal, kerugian yang dialaminya mencapai Rp 5 miliar.

Keputusan merumahkan ketujuh karyawannya demi mengurangi cost seperti, biaya listrik, air, dan telepon. Cara itu ditempuh karena tidak adanya income. “Pengeluaran ditekan semaksimal mungkin meski harus tertatih-tatih. Harus diefisienkan semua karena tidak ada kegiatan. Tapi, koresponden kami tetap jalan melalui online,” ujarnya.

Belum lagi dengan adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) membuat segala mobilitas kian sulit. Praktisi atau penyedia jasa layanan travel pun kian merana.

“Pada Februari 2020 sebelum pandemi di Indonesia, kami sempat membawa rombongan menuju Australia. Tahun lalu terakhir November, kami juga sempat melayani permintaan ke Jogjakarta, Malang, dan Surabaya saat ada relaksasi PPKM. Setelah tahun baru, sudah tidak ada lagi. Banyak pula perjalanan akhirnya terpaksa ditolak mengingat regulasi/kebijakan pemerintah tersebut,” ucap bapak empat anak itu.

Dia mengungkapkan, bantuan bagi biro perjalanan sampai kini belum ada. Padahal saat Wishnutama Kusubandio menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, para pelaku pariwisata terutama travel/praktisi telah mengajukan bantuan dan sempat dibahas pada Juli 2020.

Salah satunya bantuan pinjaman lunak. Agar modal kembali didapatkan serta mempertahankan usaha mereka. Namun sampai sekarang tak kunjung terdengar jawaban pusat.

Padahal biro perjalanan menjadi ujung tombak pariwisata. Namun, pemerintah seolah menutup mata sebelah. Tarik ulur. Teknis terkait bantuan belum ada. Itu bisa saja menimbulkan kecemburuan karena usaha mikro kecil menengah (UMKM) lainnya telah dibantu.

Selain perjalanan liburan, perjalanan umrah juga ditutup. Tidak ada yang bisa ia perbuat. “Sekarang pun masih kami perjuangkan di pusat tapi belum ada realisasinya. Masih digodok-godok terus,” tuturnya.

Kendati demikian, angin segar mulai terasa. Walau masih belum pasti. Joko tengah menawarkan perjalanan ke Amerika Serikat, sekaligus paket vaksin. Paket yang ditawarkan 7 hari hingga 15 hari, mulai Rp 35 juta. Ia mengatakan terus melakukan pengurusan izin dan tetap mem-follow up instruksi pemerintah. Apakah nanti bisa diizinkan ke luar atau tidak.

“Menghidupkan kembali pariwisata memerlukan waktu tidak sebentar. Pemerintah harus punya solusi konkret. Kalau pembatasan terus terjadi tanpa ada relaksasi, ya sudah, pelaku pariwisata tinggal menunggu nasib saja,” imbuhnya.

Hingga sekarang pun, Kepala Cabang NRA Group Balikpapan Suryanti mengatakan, pihaknya masih belum kembali menawarkan paket umrah maupun haji. Mengingat hingga saat ini belum ada informasi ataupun regulasi baru terkait pembolehan pemberangkatan bagi calon jamaah. Ribuan calon jamaah kini masih menunggu dan berharap-harap cemas. Menanti jawaban kapankah mereka dapat berangkat. “Kerugian pasti ada. Saya sendiri belum bisa bicara banyak, karena belum ada informasi dari pusat. Kapan umrah dan haji bisa kembali dilakukan,” tutupnya. (lil/rom/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

BPJS Ketenagakerjaan Perkuat Kerja Sama dengan SRC

Jumat, 29 Maret 2024 | 14:49 WIB

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB
X