Harga TBS Turun tapi Tetap Tinggi

- Selasa, 3 Agustus 2021 | 10:53 WIB

SAMARINDA-Setelah mengalami penurunan pada Juni, harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit kembali mencatat penurunan. Meski penurunan itu tak mengubah harga terlalu jauh. Sebab, nilai TBS terbilang masih cukup tinggi pada angka Rp 2.123 per kilogramnya.

Penurunan TBS tak lepas dari penurunan harga referensi produk crude palm oil (CPO). Penetapan bea keluar (BK) CPO periode Juli 2021 adalah USD 1.094,15 per metrik ton (MT). Harga referensi tersebut menurun USD 129,75 atau 10,60 persen dari periode Juni 2021, yaitu sebesar USD 1.223,90 per MT.

Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim Ujang Rachmad mengatakan, harga TBS di Kaltim sejak Juni 2021 mengalami penurunan tipis. Namun penurunan harga TBS, selayaknya tidak menurunkan semangat perkebunan sawit. Sebab, harga masih fluktuatif dan produktivitas kebun rakyat cukup baik.

Harga TBS tersebut, berlaku bagi produksi pekebun atau kebun rakyat yang telah bermitra dengan perusahaan kelapa sawit. Harga merujuk hasil dari tim penetapan harga TBS kelapa sawit Kaltim. “Penurunan harga saat ini sangat tipis. Jadi harga cenderung masih tinggi. Penurunan harga saat ini merupakan fluktuasi biasa, yang selalu terjadi setiap bulan,” jelasnya, (1/8).

Dia menjelaskan, beberapa bulan belakangan ini, harga TBS cenderung tinggi akibat permintaan minyak kelapa sawit (CPO) yang sedang meningkat. Saat ini permintaan CPO masih tinggi. Sehingga harga TBS akan bertahan di angka yang tinggi. Meski sejak Juni menurun tipis. CPO merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengatur harga TBS di tingkat petani. Sehingga jika CPO menurun, maka TBS pasti akan mengikuti.

Terpisah, Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammadsjah Djafar mengatakan, penurunan tipis pada Juli merupakan fluktuasi biasa. Pada Agustus diprediksikan harga akan kembali meningkat, hal itu disebabkan penurunan pasokan kelapa sawit. Seiring pembatasan mobilitas masyarakat pada kedua negara penghasil kelapa sawit, Malaysia dan Indonesia. “Risiko penurunan produksi tersebut akan kembali menggairahkan harga CPO bulan ini,” jelasnya, Minggu (1/8).

Menurutnya, kekhawatiran pasar akan gangguan stok kelapa sawit di tengah permintaan yang tinggi akan membuat harga melonjak pada Agustus. Saat ini permintaan terhadap minyak sawit tetap tinggi, didorong oleh harga yang jauh kompetitif dibandingkan dengan minyak nabati lain seperti soy oil dan rapeseed oil yang selisihnya mencapai USD 400 per ton.

Di tengah kekhawatiran penurunan produksi, diprediksikan pada 2021 produksi akan mencapai 48,2 juta ton, atau lebih tinggi dibandingkan produksi 2020 yang berjumlah 47,1 juta ton. “Sehingga ekspor juga diprediksi naik menjadi 35,5-36 juta ton. Hal itu akan mendorong peningkatan harga TBS di tingkat petani,” tutupnya. (ctr/rom/k15)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB
X