Diprediksi Bakal Terjadi Keruntuhan Masyarakat Global, Selandia Baru Dianggap Paling Mampu Bertahan

- Sabtu, 31 Juli 2021 | 11:58 WIB
Warga New Zealand bersepeda. (newzealand.com)
Warga New Zealand bersepeda. (newzealand.com)

Dalam beberapa dekade kedepan bakal terjadi keruntuhan masyarakat global. Itu adalah prediksi dari Global Sustainability Institute, Anglia Ruskin University di Inggris. Pemicunya kompleks. Yakni kombinasi dari kerusakan ekologis, krisis finansial, sumber daya alam yang terbatas, pertumbuhan populasi penduduk dunia dan pandemi yang melebihi Covid-19.

’’Perubahan signifikan mungkin terjadi dalam beberapa tahun ataupun beberapa dekade mendatang,’’ tegas Direktur Global Sustainability Institute Profesor Aled Jones seperti dikutip The Guardian. Dia mencontohkan bahwa dampak perubahan iklim seperti peningkatan frekuensi dan intensitas kekeringan, banjir, suhu ekstrem, serta pergerakan populasi menyumbang tingkat keparahan.

Penelitian Global Sustainability Institute itu diterbitkan dalam jurnal Sustainability. Meski baru perkiraan, tapi peluang terjadinya hal tersebut juga terbuka. Jika hal itu benar terjadi, ada 20 negara yang diyakini mampu mempertahankan peradabannya di dalam garis perbatasan. Duduk di posisi pertama adalah Selandia Baru. Selain itu ada Islandia, Inggris, Tasmania, Irlandia dan Australia.

Penilaian tiap negara didasarkan kemampuan mereka dalam menyediakan pangan bagi penduduknya, melindungi perbatasan dari migrasi massal yang tidak diinginkan, memelihar jaringan listrik dan beberapa kemampuan manufaktur lainnya. Negara yang berbentuk kepulauan di daerah beriklim sedang dan sebagian besar dengan kepadatan penduduk rendah berada di urutan teratas.

Negara-negara tersebut juga jarang mengalami suhu ekstrim. Jumlah curah hujannya bervariasi karena dekat dengan lautan. Hal tersebut membuat mereka kemungkinan besar memiliki kondisi yang relatif stabil di masa depan, terlepas adanya efek perubahan iklim.

Selandia Baru duduk di posisi teratas karena punya kemampuan menghasilkan energi dari panas bumi dan hidroelektrik. Selain itu lahan pertaniannya melimpah dan populasinya rendah. Itu memungkinkan bagi negeri Kiwi tersebut untuk bisa bertahan hidup tanpa terlalu terdampak situasi di luar.

Inggris di lain pihak memiliki tanah yang subur serta hasil pertanian yang bervariasi. Sayangnya lahan pertanian tidak cukup banyak karena kepadatan penduduknya. Swasembada pangan di Inggris di masa depan masih dipertanyakan. (sha/bay)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X