Kelangkaan oksigen tiga pekan terakhir membuat Hendra Setiawan tergerak. Berbekal keahlian sebagai praktisi tata udara, dia menciptakan alat penghasil oksigen sederhana. Yang berhasil menolong puluhan nyawa.
ZALZILATUL HIKMIA, Cimahi
Hendra Setiawan terkaget. Ada puluhan manusia mengular di sepanjang Jalan Amir Machmud, Cimahi, Jawa Barat. Keesokan harinya, antrean tersebut masih sama. Bahkan ketika pulang dari kantor, antrean tak berubah.
Nyaris dua pekan di awal Juli, pemandangan tersebut tersuguhkan di depan matanya. Rasa penasaran pun menghinggapi. Dia tergelitik untuk mencari tahu sumber antrean panjang tersebut.
”Ternyata dari toko alat medis. Mereka mengantre untuk bisa mendapatkan oksigen,” ujarnya ditemui di Kantor PT Sinverho Energi Indonesia, Cimahi, Kamis (22/7).
Hatinya teriris. Pasalnya, sebagai praktisi tata udara di bidang air conditioning, oksigen justru dipergunakannya untuk las pipa dan lainnya. Belum lagi mereka yang antre sejak pagi baru bisa mendapatkan oksigen sore hari.
”Saya pikir, kok miris sekali. Bisa dibayangkan berapa nyawa yang tidak tertolong akibat tak dapat asupan oksigen,” ungkap Ketua Asosiasi Pendingin dan Tata Udara (Apitu) Jawa Barat itu.
Persoalan lainnya, di Cimahi belum terdengar adanya pergerakan oksigen ke grassroot dari pemerintah saat itu. Sementara di bawah, kebutuhan oksigen untuk orang sakit sudah begitu tinggi.
Alumni Universitas Jenderal Achmad Yani ini segera putar otak untuk bisa memecah kebuntuan tersebut. Ia teringat alat Oxymaker Gen I yang ada di mobilnya. Dia meyakini alat tersebut bisa dimodifikasi untuk menghasilkan oksigen yang tengah dibutuhkan masyarakat.
”Oxymaker Gen I saya sudah produksi enam bulan lalu, tapi saya ambil hidrogennya. Oksigennya dibuang,” jelas head director di PT Sinverho Energi Indonesia tersebut.
Berbekal ilmu yang dimiliki, Hendra pun berhasil memodifikasi alat tersebut. Kerja alat itu diubah, sehingga oksigen tak lagi dibuang, namun disaring dan dihasilkan.
Alat tersebut pun sudah pernah digunakan oleh anggota keluarga yang mengalami sesak napas. Syukur, bukan karena Covid-19.
Kendati begitu, dia belum berani meminjamkan alat tersebut pada pihak lain. Karena dihasilkan dari proses kimia. Secara sederhana, oksigen tersebut dihasilkan dari pemecahan molekul udara. Ia menggunakan lempengan stainless, katup anoda-katoda diberi arus DC untuk memecah molekul. Hingga akhirnya, di katup positif dapat menghasilkan oksigen. Sementara, di katup negatif menghasilkan hidrogen. “Ada proses elektrolis,” paparnya.