Polisi Ungkap Detik-Detik Tragedi Rusuh Capitol

- Jumat, 30 Juli 2021 | 10:11 WIB
Massa pendukung Donald Trump yang melakukan rusuh di Capitol Hill.
Massa pendukung Donald Trump yang melakukan rusuh di Capitol Hill.

Perasaan trauma. Emosi itu menyelimuti para petugas kepolisian yang bertugas di gedung Capitol, ketika massa pendukung mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyerang 6 Januari lalu. Aquilino Gonell, salah seorang petugas, sempat meyakini bahwa itu adalah hari terakhir hidupnya.

’’Saya kehabisan napas dan mulai berpikir, mungkin beginilah cara saya akan mati,’’ ujar Gonell sembari menitikkan air mata. Dia mengingat ketika massa meringsek masuk ke gedung Capitol. Peluang dia dan rekan-rekannya terinjak-injak gelombang massa cukup besar.

Gonell dan tiga rekannya memberikan kesaksian dalam sidang dengar pendapat penyelidikan kerusuhan Capitol pada Selasa (27/7). Itu adalah rapat dengar pendapat pertama. Para petugas kepolisian tersebut menceritakan bagaimana para pendukung Trump mengancam dengan menghunus senjata.

Harry Dunn, salah seorang petugas berkulit hitam, mengaku mengalami pelecehan yang berbau rasisme. Sementara itu, Michael Fanone mengalami serangan jantung dan gegar otak. Senapannya dirampas dan dia dipukuli dengan senjata tersebut.

Kerusuhan imbas massa yang tak terima Trump kalah itu menewaskan lima orang. Salah satunya adalah polisi. Sebanyak 535 perusuh telah ditahan. Namun, hanya sebagian kecil yang kasusnya sudah masuk proses dakwaan oleh jaksa.

Legislator Demokrat menuding Trump-lah yang memicu kerusuhan tersebut. Pasalnya, dia berkali-kali menyebut ada kecurangan pemilu. Namun, Trump menampik tudingan itu.

DPR AS sempat memproses pemakzulan Trump setelah kekalahannya di pemilu. Ketua DPR AS Nancy Pelosi membentuk komite khusus penyelidikan di gedung Capitol. Anggotanya sembilan legislator. Yakni, 7 orang dari Demokrat dan 2 orang dari Republik. Mereka semua merupakan pendukung pelengseran Trump. Mayoritas legislator Republik memboikot penyelidikan itu, termasuk saat dengar pendapat.

’’Jika mereka yang melakukan tidak dimintai pertanggungjawaban, ini akan tetap menjadi kanker di republik konstitusional kita,’’ ucap Liz Cheney, legislator Republik yang masuk komite, seperti dikutip BBC. Dia menegaskan, masyarakat harus tahu apa yang terjadi di gedung Capitol saat itu. (sha/c18/bay)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X