SAMARINDA – PPKM Level 4 resmi berlaku di Kota Tepian sejak Instruksi Wali Kota 4/2021 tentang PPKM Level 4 di Samarinda pada 26 Juli lalu. Semua lini dipastikan masih mengencangkan ikat pinggang untuk menekan laju penyebaran pandemi yang belum terkontrol.
Dunia pendidikan pun harus “gigit jari” untuk merealisasikan pembelajaran tatap muka (PTM). Pembelajaran via dalam jaringan (daring) kembali jadi opsi, meski tak optimal. “Banyak warga mengeluhkan tugas yang diberikan guru ke siswa justru jadi beban baru orangtua,” ungkap Anggota Komisi IV DPRD Samarinda Joko Wiratno beberapa waktu lalu.
Keluarga memang jadi Fondasi dasar dalam mendidik anak, tapi tak semua orangtua murid paham metode pembelajaran kurikulum pendidikan saat ini. Alhasil, selain tak bisa menyelesaikan tugas tersebut, tingkat pemahaman siswa kian merosot.
Ketika reses bertemu warga, lanjut dia, hal itu jadi keluhan warga lantaran tugas yang diberikan tanpa arahan yang jelas untuk menyelesaikannya. Pemkot, lewat instansi terkait, perlu mencari solusi agar hal tersebut tak terus terjadi.
“Dilema pasti, di satu sisi pembelajaran harus dimaksimalkan agar tak terjadi learning loss. Di sisi lain justru bisa berakhir ke sana,” sambung politikus PAN Samarinda itu. Beberapa waktu lalu, Komisi IV sempat menggelar rapat dengar pendapat dengan Dinas Pendidikan, muncul opsi guru turun ke rumah siswa untuk memberikan pembelajaran bagi siswa yang benar-benar tak memahami materi yang diajarkan.
Namun, hal itu juga tak relevan lantaran tak ada indikator jelas sejauh mana siswa tak memahami materi yang diajarkan. Rumah siswa memang tak lagi jauh dari sekolah karena kebijakan zonasi. Namun, itu tak sepenuhnya berlaku untuk guru. “Memang di tengah pandemi saat ini tak ada pelayanan yang bisa dikatakan ideal. Jelas dan terarah saja cukup,” singkatnya. (ryu/dra/k16)