SEOUL – Korea Utara dan Korea Selatan akhirnya bertukar pesan lagi, Selasa (27/7). Melalui saluran komunikasi yang setahun terakhir tidak pernah aktif. Kedua negara sepakat meningkatkan hubungan.
Pejabat penghubung melakukan percakapan telepon melalui tiga saluran, termasuk hotline militer. “Dan setuju untuk berbicara dua kali sehari di dua saluran seperti yang dilakukan di masa lalu,” kata pejabat Seoul.
Dimulainya kembali komunikasi itu turut meredakan ketegangan di perbatasan kedua negara. Perbatasan yang dijaga paling ketat di dunia. Namun, komunikasi kemarin diyakini hanya langkah kecil. Pyongyang dinilai tak mungkin menghidupkan kembali program kerja sama yang kuat dengan Seoul. Atau kembali ke pembicaraan nuklir dalam waktu dekat.
Beberapa ahli mengatakan, tujuan Korea Utara meningkatkan hubungan dengan Korea Selatan terkait diplomasi nuklir dengan Amerika Serikat. Upaya diplomasi telah terhenti selama lebih dari dua tahun di tengah perselisihan tentang sanksi AS kepada Korea Utara.
Selama kebuntuan diplomatik, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah mengancam memperbesar persenjataan nuklirnya. Namun, dia juga mengirim sinyal tak ingin sepenuhnya menggagalkan diplomasi dengan AS.
Kemarin, baik Korut maupun Korsel, sama-sama mengumumkan bahwa kedua pemimpin mereka; Kim Jong-un dan Moon Jae-in, telah bertukar surat pribadi beberapa kali sejak April lalu. Kemarin mereka disebut akan melanjutkan komunikasi melalui saluran yang disepakati.
Kantor Presiden Moon mengatakan bahwa kedua pemimpin sepakat untuk memulihkan rasa saling percaya dan mengembangkan hubungan sesegera mungkin. Sementara media pemerintah Korut mengatakan bahwa Kim dan Moon setuju membuat langkah besar dalam memulihkan rasa saling percaya dan mempromosikan rekonsiliasi dengan memulihkan jalur penghubung komunikasi antar-Korea yang terputus.
Dipulihkannya komunikasi kedua Korea kemarin menandai peringatan 68 tahun penandatanganan gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea 1950-53. Di mana Korsel bersekutu dengan AS melawan Korut yang berkawan dengan Tiongkok. Gencatan senjata itu belum diganti dengan perjanjian damai, meninggalkan Semenanjung Korea dalam keadaan perang teknis, dengan sekitar 28.500 tentara AS masih ditempatkan di Korsel. (associatedpress/dwi/k16)