Budi Hermawan dan Cerita Membawa Akses Internet Murah ke Kampung

- Rabu, 28 Juli 2021 | 14:14 WIB
Budi Hermawan
Budi Hermawan

Budi Hermawan tergerak setelah mendengar keluhan para tetangga soal mahalnya biaya beli paket data internet untuk sekolah daring. Kini, tak cuma melintasi kampung, Budi juga sering diminta membantu membangun jaringan serupa di luar Garut.

 

M. HILMI SETIAWAN, Jakarta, Jawa Pos

 

PADA titik itu, Budi Hermawan merasa tersentak. Bertahun-tahun dia bekerja di berbagai perusahaan telekomunikasi untuk membangun jaringan internet sampai ke luar Jawa, tapi kampungnya tak punya layanan tersebut.

Semula Budi mencoba meminta IndiHome bisa menyediakan akses fiber optik ke kampungnya. Yang dia ajukan setelah mendengar keluhan warga soal mahalnya biaya paket data internet. Terutama yang digunakan untuk keperluan sekolah daring selama pandemi Covid-19.

’’Satu jam bisa menghabiskan sekitar 1 gigabyte untuk mengikuti Zoom atau sejenisnya,’’ kata Budi kepada Jawa Pos pada Kamis pekan lalu (22/7).

Namun, permintaan itu tak bisa dilayani perusahaan pelat merah tersebut. Sebab, jarak Kampung Cilimus, Kabupaten Garut, Jawa Barat, tempat Budi tinggal sekarang ini, dengan titik terakhir sambungan sekitar 1 kilometer. Titik itulah yang menyentaknya. Berbekal pengalaman dan pengetahuan bekerja secara freelance di belasan perusahaan telekomunikasi, akhirnya Budi menerapkannya di kampung di Desa Cibunar, Kecamatan Cibatu, sekitar 30 kilometer dari pusat kota Garut tersebut.

Budi pun mulai belanja. Di antaranya, kabel optik dan sejumlah router untuk memancarkan wifi. Dia mengeluarkan uang sekitar Rp 40 juta untuk keperluan tersebut. Biaya itu belum termasuk ongkos langganan internet ke Telkom sebesar Rp 1,5 juta per bulan.

Per 17 Juli lalu, setahun jaringan yang dijalankan Badan Usaha Milik Kampung (BUMKa) Tekno Sain itu berjalan. Sebelumnya, di Cilimus memang ada wifi, tapi terbatas hanya di balai desa dan digunakan untuk keperluan perangkat desa. Karena itu, jaringan yang dibangun Budi tersebut disambut gembira oleh warga. Apalagi, biaya langganan hanya Rp 33 ribu per bulan. Unlimited lagi.

Pada tahap awal, terdapat 11 akses poin wifi dan 257 KK (kepala keluarga) pelanggan. Budi memperkirakan saat itu jaringan internet kampung yang dibangunnya mencapai 2,5 kilometer. Jarak antara satu akses poin ke akses poin lainnya mencapai 200–300 meter.

Warga yang rumahnya ketempatan router sebagai titik akses digratiskan dari biaya langganan. Hitung-hitung sebagai kompensasi listrik yang digunakan untuk menghidupkan router tersebut.

Semakin hari, permintaan akses internet wifi murah milik Budi kian meluas. Sampai lintas kampung dalam satu desa. Otomatis, dia harus membuat jaringan baru. Otomatis pula, dia harus keluar ongkos tambahan lagi. Dia memperkirakan habis sampai Rp 250 juta untuk keseluruhan biaya tersebut.

Meski demikian, Budi menegaskan bahwa tak ada semangat komersial dalam internet yang disediakannya buat warga tersebut. ’’Boro-boro untung, seringnya nombokin,’’ kata pria kelahiran Jakarta pada 1981 itu, lantas tertawa.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X