Kota Balikpapan sedang krisis vaksin Covid-19. Stok vaksin milik Pemkot dipastikan sudah habis. Yang ada sekarang tinggal vaksin milik Kepolisian dan TNI. Namun jumlahnya sangat sedikit. “Ada sisa 34 vial atau sama dengan 340 suntikan, vaksin TNI juga 30 vial, sisa untuk suntikan 300 orang,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan Andi Sri Juliarty, Senin (26/7) kemarin.
Yang jadi masalah, kata perempuan yang akrab disapa Dio itu, masih ada jadwal vaksinasi Covid-19 tahap dua. Terutama bagi mereka yang mengikuti program Kill Covid (oganisasi yang membantu percepatan vaksinasi). “Mungkin sudah pada dengar vaksin Kill Covid yang dosis keduanya enggak datang (terlambat). Itu jumlahnya sebanyak 10 ribu, kami sudah coba bantu,” ujar Dio.
Di gudang Dinkes, lanjut Jubir Satgas Covid-19 Balikpapan itu, sebenarnya masih ada juga vaksin milik Kementerian PUPR. Jumlahnya 600 dosis dan sudah terpakai 300 dosis. “Sisa 30 vial, itu yang disuruh oleh pak Menko PMK untuk dipakai saja. Tapi kan punyanya orang. Kita trauma dengan Kill Covid, punya dia enggak datang. Kalau kita pakai lagi, kemudian enggak datang bagaimana?” tuturnya.
Dio mengaku dilema. Saat ini stok vaksin yang benar-benar milik Pemkot Balikpapan sudah habis. “Jadi enggak ada punya kita habis. Terakhir Selasa hari ini akan ada vaksinasi di Puskesmas dan itu kita bantukan ke Kill Covid,” ucapnya.
Sesuai jadwal kedatangan vaksinasi baru akan dilaksanakan mendekati awal Agustus mendatang. Lantas bagaimana nasib mereka yang sudah memasuki jadwal penyuntikan dosis kedua? Dio menyebut tidak masalah penundaan penyuntikan vaksin dosis kedua sampai dua minggu ke depan. Namun, ia tidak menampik jika agak susah untuk mengedukasi dan memberikan informasi kepada setiap masyarakat secara individu. “Tapi belum ada ditunda sampai dua minggu. Ini Kill Covid yang pertama, dan kita sudah bantu,” akunya.
Selain itu, Dio menjelaskan efek yang mungkin muncul setelah adanya penundaan suntikan dosis kedua selama sekitar dua pekan atau bahkan satu bulan. Yakni kemungkinan adanya penurunan kadar antibodinya saja yang diperkirakan tidak optimal. Namun hal itu bukanlah hal yang serius. “Nanti kan akan ada booster untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap virus. Nanti dibooster lagi kita sampai tiga kali,” tandasnya. (Fredy Janu/Kpfm)