Tuan Tigabelas dan Keterlibatannya dalam Proyek Rap Against Junta

- Selasa, 27 Juli 2021 | 12:23 WIB
Tuan Tigabelas
Tuan Tigabelas

Pada liriknya, Tuan Tigabelas menggunakan model rima pantun dengan akhiran berbunyi ”-ar” agar sesuai dengan negara yang menjadi subjek utama dalam lagu: Myanmar. Dalam sejarahnya, hiphop, termasuk rap, memang menjadi suara perlawanan di berbagai penjuru dunia.

 

DEBORA D. SITANGGANG, Jakarta, Jawa Pos

 

Everyday in Myanmar it’s like living in a hellscape

(Floke Rose-Cori Rey dalam Dictators Must Die)

 

DALAM istilah Chuck D, hiphop adalah ”CNN hitam.” Namun, saat mengatakan itu pada 1989, personel kelompok musik Public Enemy tersebut pasti tidak pernah membayangkan genre musik yang digelutinya itu bakal menjadi suara perubahan atau perlawanan di berbagai penjuru dunia. Mulai gerakan sipil di Amerika Serikat sampai era perjuangan antiapartheid di Afrika Selatan. Mulai gerakan prodemokrasi di Hongkong hingga penolakan terhadap junta militer seperti yang terjadi di Myanmar sekarang ini.

Di negeri yang Februari lalu menyaksikan kudeta militer untuk kali ketiga sejak merdeka dari Inggris pada 1948 tersebut, rap, salah satu elemen dari keluarga besar hiphop, menjadi suara perlawanan. Lewat gerakan Rap Against Junta, mereka menyanyikan Dictators Must Die. Ya, dictators, bukan dictator. Jadi, memang bukan hanya diktator di Myanmar yang mereka tolak. Tetapi juga kediktatoran di banyak tempat lain dalam beragam bentuk.

”Banyak sekali teman musisi yang bersuara atas setiap isu atau konflik yang terjadi, baik nasional maupun internasional,” jelas Upi atau yang dikenal dengan nama panggung Tuan Tigabelas, salah seorang rapper asal Indonesia yang ikut dalam Rap Against Junta, kepada Jawa Pos pada Rabu pekan lalu (21/7).

Dari Indonesia, selain Tuan Tigabelas, Rand Slam juga ikut proyek tersebut. Total, ada sembilan musisi hiphop yang bersumbangsih dalam lagu tersebut. Mereka adalah Floke Rose dan Cori Rey (Myanmar), AJ Shield dan VanM (India), Tuan Tigabelas dan Rand Slam (Indonesia), Dwagie (Taiwan), HockHacker (Thailand), serta SCK (Hongkong).

Dengan komposisi musisi lintas negara itu, lagu yang diunggah ke YouTube pada 30 Juni dan sudah ditonton hampir 42 ribu kali tersebut dikemas dalam bahasa ibu masing-masing. Langkah itu dimaksudkan agar semua musisi bisa menyampaikan pesan perlawanan terhadap junta militer dengan maksimal. Lagu tersebut diproduseri Cee asal Jerman dan dirilis pada 30 Juni lalu.

Jadi, kalau Floke Rose dan Cori Rey, misalnya, menggambarkan hidup di Myanmar sekarang tak ubahnya seburuk yang digambarkan orang tentang neraka, AJ Shield dan VanM juga menyelipkan cerita tentang konflik ras dan agama di India.

What more can I say to show about India

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X