Hemat Rp 29,9 Triliun karena Biodiesel

- Selasa, 27 Juli 2021 | 11:42 WIB
Program mandatori B30 atau pencampuran 30 persen biodiesel dengan 70 persen minyak solar terimplementasi sejak 1 Januari 2020.
Program mandatori B30 atau pencampuran 30 persen biodiesel dengan 70 persen minyak solar terimplementasi sejak 1 Januari 2020.

JAKARTA– Program mandatori B30 atau pencampuran 30 persen biodiesel dengan 70 persen minyak solar terimplementasi sejak 1 Januari 2020. Program itu pun menjadi salah satu prioritas nasional untuk mengurangi emisi serta ketergantungan pada energi fosil. Khususnya di sektor transportasi.

Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menuturkan, capaian program B30 pada semester I 2021 semakin menegaskan keberhasilan Indonesia sebagai pionir B30 dunia. ’’Program B30 telah dinikmati para konsumen yang menggunakan mesin berbahan bakar diesel, baik di sektor transportasi maupun sektor industri lainnya,’’ ujarnya di Jakarta, Minggu (25/7).

Dadan memerinci, pada semester I 2021, volume biodiesel yang tersalurkan mencapai 4,3 juta kiloliter (kL) atau 46,7 persen dari target penyaluran biodiesel tahun 2021. Program tersebut memberikan manfaat ekonomi setara hingga Rp 29,9 triliun.

Angka itu terdiri atas penghematan devisa Rp 24,6 triliun dan nilai tambah dari crude palm oil (CPO) menjadi biodiesel sebesar Rp 5,3 triliun. Selain itu, implementasinya berhasil mengurangi emisi CO2 sebesar 11,4 juta ton.

Pada 2021, alokasi biodiesel ditetapkan 9,2 juta kL. Rata-rata serapan per bulan diperkirakan 766 ribu kL. Selama Januari hingga Juni 2021, serapan terendah tercatat pada Januari dan tertinggi di Juni.

Pada semester II, penyerapan biodiesel diprediki sedikit terhambat. Pemicunya, pembatasan mobilitas yang berdampak pada sektor transportasi dan industri. ’’Namun, pemerintah optimistis di akhir tahun penyerapan biodiesel mencapai target yang ditetapkan,’’ tuturnya.

Dadan melanjutkan, ada beberapa kendala dalam penyaluran biodiesel pada semester I. Di antaranya, terbatasnya tangki penyimpanan, keterlambatan unloading FAME (fatty acid methyl ester) akibat kepadatan di jetty, dan kerusakan peralatan di badan usaha bahan bakar nabati (BU BBN).

Untuk memastikan penyaluran B30 berjalan lancar dan tidak ada penyaluran B0 (solar murni), berbagai upaya terus dilakukan. ’’Di antaranya, mendorong percepatan penyiapan tangki penyimpanan tambahan, menambah fasilitas jetty, meningkatkan pengawasan, dan mengimbau industri BU BBN untuk menghindari unplanned maintenance,’’ jelas Dadan. (dee/c18/dio)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB

Desa Wisata Pela Semakin Dikenal

Selasa, 16 April 2024 | 11:50 WIB

Pekerjaan Rumah Gubernur Kaltim

Selasa, 16 April 2024 | 09:51 WIB

Usulkan Budi Daya Madu Kelulut dan Tata Boga

Selasa, 16 April 2024 | 09:02 WIB
X