Peliput:
M Ridhuan
Nofiyatul Chalimah
Belajar jarak jauh memang harus dipilih. Pandemi Covid-19 yang memaksa itu. Namun, masih banyak problem. Loss learning pun jadi ancaman di depan mata bagi pelajar saat ini.
SUDAH setahun lebih, Annisaa Prihatiningrum menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ). Pelajar kelas XIII MIPA 1, SMA 7 Balikpapan itu menyebut sudah terbiasa. Jam “masuk sekolah” dari pukul 07.15–13.00 Wita dijalani di depan layar ponsel pintarnya. “Sehari biasanya tiga sampai empat mata pelajaran,” kata Annisaa.
Baginya, sejak awal pelaksanaannya hingga kini, PJJ tak mengalami perubahan. Meski sudah terbiasa, tapi cenderung menjenuhkan. Baginya, pengalaman mengenyam pendidikan di bangku sekolah selama PJJ hanya berkutat pada menjalani kewajiban. “Enggak ada lagi interaksi yang memberikan saya nilai kehidupan,” keluhnya.
Nilai kehidupan yang dimaksudnya adalah bertemu dengan teman, guru, dan orang-orang yang biasa dia temui ketika sekolah tatap muka dulu. Kini interaksi hanya sebatas di layar ponsel. Guru menerangkan, murid mendengarkan. Guru memberi soal, murid mengerjakan.
“Saya enggak bisa lagi bertanya langsung hal-hal yang kadang menyulitkan saya ketika belajar ke guru. Kadang guru hanya memberi tahu kalau ada yang tidak mengerti bisa kirim WA (WhatsApp),” bebernya.
Beberapa guru pun lebih banyak memberikan materi. Meminta siswa untuk belajar melalui link yang dibagikan. Saat pembelajaran berlangsung, tak semua guru mewajibkan siswanya on camera. Hanya diminta menunjukkan wajah pada awal dan akhir kehadiran kelas untuk absen. “Kebanyakan guru pakai Google Meeting. Dan kalau on cam semua, kata guru, sinyalnya macet-macet. Jadi bisa mengganggu penyampaian,” ucapnya.
Annisaa menyebut, tak semua guru mampu menciptakan suasana yang menyenangkan selama PJJ. Yang dia perhatikan, guru hanya menjalani kewajibannya sebagai pendidik. Beberapa guru memang berusaha, tapi tetap dia merasa ada kekosongan yang timbul jika dibandingkan sekolah tatap muka.
“Saya merasakan apa yang saya lakukan dengan hasil (nilai mata pelajaran) yang saya dapat cenderung mudah. Berbeda ketika sekolah tatap muka dulu,” katanya.