Anak Belajar di Rumah, Orangtua Harus Bisa Beradaptasi

- Senin, 26 Juli 2021 | 10:37 WIB
Kondisi pandemi Covid-19, membuat anak-anak kini harus belajar di rumah. Orangtua pun mesti mendampingi anak mereka.
Kondisi pandemi Covid-19, membuat anak-anak kini harus belajar di rumah. Orangtua pun mesti mendampingi anak mereka.

KONDISI pandemi Covid-19, membuat anak-anak kini harus belajar di rumah. Orangtua pun mesti mendampingi anak mereka. Memang, belajar dari rumah tak semudah jika belajar di sekolah. Namun, anak, sekolah, dan orangtua mesti beradaptasi.

Psikolog Ayunda Ramadhani menjelaskan, pada dasarnya orangtua harus memahami bahwa pandemi saat ini adalah kondisi yang tak bisa diprediksi. Sehingga, mau tidak mau harus diterima. Jadi, harus siap menerima perubahan yang tak bisa diterima sehari-hari. Untuk mendampingi anak belajar di rumah, Ayunda punya kiat khusus.

Seperti yang pertama urusan waktu yaitu harus disepakati waktu mengerjakan tugas. “Lakukan ini bersama anak karena orangtua diharapkan bisa mendampingi hingga tugas selesai sebelum deadline pengumpulan,” ucap Ayunda.

Kemudian, memastikan keperluan biologis anak terpenuhi. Di antaranya, makan dan istirahat cukup adalah modal utama agar bisa fokus mengerjakan tugas. Selain itu, orangtua harus menciptakan situasi belajar yang kondusif. Mulai suhu ruangan, tempat yang nyaman, hingga jaringan internet. Jangan lupa memberikan reward dengan pujian atau makanan favoritnya, tiap anak bisa menyelesaikan tugas.

Meski begitu, bukan berarti hal itu bisa langsung berjalan baik dan lancar. Jika tak berjalan sesuai harapan, ada baiknya berhenti sejenak. Misal ketika mendampingi anak belajar, muncul rasa kesal atau marah, maka istirahat sejenak dianjurkan. Selain itu, bisa mengucapkan kalimat positif untuk menyemangati diri sendiri. Berolahraga, mengatur napas, tidur cukup dan makan bergizi, juga salah satu cara agar proses belajar optimal. Jangan lupa memberikan hiburan sendiri dan self reward.

“Namun, jika kasusnya adalah pada anak yang memang berkebutuhan khusus, dalam artian mengalami gangguan konsentrasi. Sehingga tidak dapat fokus, maka perlu strategi lain. Hal ini perlu berkolaborasi dengan terapis dan guru untuk menyesuaikan dengan kondisi anak,” jelas dosen Universitas Mulawarman Samarinda itu.

Ayunda melanjutkan, misal ketika anak dengan diagnosis hiperaktif, maka tugas sekolah tidak bisa dengan metode duduk tenang di atas meja. Namun, dengan tetap bergerak. Orangtua perlu kreatif dan guru pun harus kreatif untuk mendesain tugas belajar untuk anak attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Bisa misalnya dengan membuat tugas yang melibatkan olah tubuh.

Namun, jika bagi anak-anak umum, maka agar tugas bisa selesai di rumah, perlu pendampingan dari orangtua. “Menyesuaikan dengan gaya belajar mereka, tetapkan target/deadline penyelesaian dengan kesepakatan bersama. Saat belajar usahakan tidak ada gadget/alat elektronik seperti TV yang bisa memecah konsentrasi. Namun, kebanyakan tugas saat ini melalui online, sehingga, gadget akan sulit dihindari. Nah, inilah pentingnya peran orangtua,” paparnya.

Di sisi lain, diketahui kasus kekerasan pada perempuan dan anak mengalami peningkatan selama masa pandemi. Penyebabnya multifaktor, mulai kebijakan di awal pandemi hingga saat ini. Kebijakan tersebut membuat banyak menghabiskan waktu di rumah, bersama anggota keluarga lainnya. Tentu juga harus tetap bekerja dan sekolah, tapi dari rumah.

“Nah di sini rentan muncul konflik. Ada anak yang harus menggunakan laptop/ handphone bergantian. Belum lagi jika ayah/ibu juga harus bekerja di rumah tetapi laptop hanya satu. Belum lagi keperluan akan kuota internet. Di luar kebutuhan primer seperti kebutuhan pokok,” jelas dia.

Sementara itu, hingga saat ini, tanda-tanda pembelajaran tatap muka bisa dimulai di seluruh Kaltim juga belum ada. Sebelumnya Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kaltim Anwar Sanusi menjelaskan, pihaknya membuka pembelajaran tatap muka jika situasinya sudah cukup aman, sesuai instruksi Gubernur Kaltim Isran Noor.

Namun, saat ini kondisi Kaltim tak memungkinkan. Kasus Covid-19 terus membeludak. Seperti kemarin (24/7), penambahan kasus mencapai lebih dari 2 ribu orang. Seluruh daerah di Kaltim pun masuk zona merah. (rom/k16)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X