KPPU Telusuri Ketersediaan Obat yang Terbatas

- Sabtu, 24 Juli 2021 | 10:58 WIB
ilustrasi
ilustrasi

BALIKPAPAN - Beberapa indikasi ketersediaan oksigen dan obat di Balikpapan tengah ditelusuri Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kanwil V. Kepala Kantor Wilayah KPPU Balikpapan, Manaek Pasaribu mengatakan, monitoring telah dilakukan secara berkala dengan melakukan pendataan langsung maupun via telepon.

“Khusus untuk monitoring obat, KPPU Kanwil V juga melakukan perbandingan antara data stok obat yang ada pada website https://farmaplus.kemkes.go.id/ dan stok di masing-masing apotek yang terdaftar pada website tersebut,” ujar Manaek SM Pasaribu, Rabu (21/7).

Adapun informasi dari beberapa distributor oksigen di Balikpapan, yakni status saat ini sedang kosong dan stok sebelumnya difokuskan kepada rumah sakit dan puskesmas.

Perihal obat Penanganan Covid-19, dari sembilan obat yang direkomendasikan Kemkes untuk wilayah Kaltim hanya menjual Azithromycin, Favipiravir dan Oseltamivir dengan harga yang bervariasi. Beberapa apotek pernah menjual obat tersebut di atas harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah dan stoknya sangat terbatas.

“Beberapa apotek konvensional memberikan informasi pemesanan obat Azithromycin, Favipiravir dan Oseltamivir sudah tidak dapat dilakukan karena distributor memprioritaskan distribusi ke rumah sakit dan puskesmas terlebih dahulu,” akunya.

Dikonfirmasi beberapa apotek, masih banyak belum menjual dan belum memiliki stok obat yang dimaksud. Hal ini menunjukkan bahwa antara data Kemenkes dan data di lapangan tidak koheren.

Berdasarkan data dan informasi yang diterima, di Balikpapan yang memiliki stok obat Azithromycin hanyalah Apotek Kimia Farma dan telah diberlakukan pembatasan jumlah pembelian, yakni maksimal 10 tablet per orang.

“Kami mendapatkan informasi obat yang dapat didistribusikan dan stoknya tersedia adalah Azithromycin dan Favipiravir untuk Obat Oseltamivir stok kosong. Pendistribusian difokuskan kepada Rumah Sakit untuk harga jual sejak 3 Juli 2021 sudah mulai mengikuti HET,” akunya.

Sebelum ditetapkan HET, harga jual Azithromycin dan Favipiravir melebihi HET. Azithromycin sebelumnya dijual dengan harga Rp 11 ribu per tablet dan saat ini HET Rp 1.700 per tablet. Sedangkan Favipiravir sebelumnya dijual dengan harga Rp 47 ribu per tablet dan saat ini HET Rp 22.500 per tablet.

“Dari situ kami masih memastikan, apakah apotek melakukan penimbunan stok atau tidak. Pasalnya, harga HET dari harga sebelumnya selisihnya cukup besar,” bebernya.

Kemudian, dari fokus distribusi yang mengutamakan rumah sakit akan menimbulkan hambatan baru bagi pasien isolasi mandiri. Pasien isolasi mandiri akan kesusahan mendapatkan obat terapi Covid-19 karena stok di apotek sangat terbatas dan sulit didapatkan. (aji/rdh/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X