SENDAWAR - Harga jual karet hasil produksi petani lokal di Kubar mengalami kenaikan menjadi Rp 9 ribu–Rp 10 ribu per kilogram (kg). Naiknya harga karet ini tentu dipengaruhi membaiknya kualitas getah karet produk petani.
Kadar karet kering (K3) milik petani lokal saat ini berada di atas 50 persen dari harga karet yang diterima PT Davco Sendawar Industri (DSI). Perusahaan pengolah getah karet di Kubar itu beroperasi di Kampung Rejo Basuki, Kecamatan Barong Tongkok.
Wakil Bupati (Wabup) Kubar Edyanto Arkan di ruang kerjanya mengaku senang atas capaian terbaik para petani. Pemkab Kubar tak henti-hentinya mendorong para petani, agar meningkatkan peran dan daya saing komoditas karet.
“Dengan kualitas karet bagus, pastinya mendongkrak harga jual saat dipasarkan. Dampaknya juga kepada ekonomi masyarakat, pasti akan meningkat,” kata Wabup Edyanto Arkan, belum lama ini.
Untuk diketahui, lahan karet di Kubar secara keseluruhan berkisar 42 ribu hektare. Karet yang sudah tertanam sekitar 25 ribu hektare. Sementara karet yang berproduksi, sekitar 20 ribu hektare dan hasilnya cukup bagus.
Menurut wabup, dirinya sudah melihat hasil karet yang dijual. Dengan mengolah karet berkualitas bersih itu mendapatkan harga yang bagus. “Untuk itu, terus pertahankan dan menjaga kualitas agar selalu bersih,” ucapnya.
Pada 2010 silam, kata wabup, harga karet pernah Rp 12 ribu per kg. Sebelumnya, tahun 2005–2006 harga karet anjlok drastis menjadi Rp 4.500 per kg. Namun, tak lama berselang, harga mulai ada kenaikan secara perlahan, dari Rp 5 ribu–Rp 7 ribu.
Para petani karet pun mulai bersemangat kembali. Perawatan kebun karet semakin terjaga dengan baik. Wabup mengingatkan warganya untuk memanfaatkan momen harga karet tinggi untuk berinvestasi atau menabung. “Kalau memiliki cadangan tabungan, bisa diolah untuk kebutuhan kebun karetnya,” katanya. (rud/kri/k16)