17 Hari, 118 Dokter Meninggal karena Terpapar Covid-19

- Senin, 19 Juli 2021 | 13:22 WIB
TUGAS MULAI: Sejumlah tenaga kesehatan menangani Covid-19 yang baru tiba di IGD RSUD Kota Bekasi, Jawa Barat, kemarin (18/7). (HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS)
TUGAS MULAI: Sejumlah tenaga kesehatan menangani Covid-19 yang baru tiba di IGD RSUD Kota Bekasi, Jawa Barat, kemarin (18/7). (HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS)

Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Minggu (18/7) memberikan evaluasi penanganan Covid-19 di Indonesia. Isolasi mandiri (isoman) menjadi perhatian karena banyaknya kasus meninggal di luar rumah sakit (RS). Selain itu, vaksinasi Covid-19 menjadi sorotan lantaran kasus konfirmasi dan kematian makin tinggi, padahal jumlah yang divaksin makin banyak.

Dewan Penasihat Tim Mitigasi IDI Prof dr Menaldi Rasmin SpP menyatakan, isolasi harus disarankan dokter. Dia prihatin karena banyak pasien dengan kondisi yang buruk datang ke RS setelah isolasi mandiri. Bahkan, ada pula yang diantar keluarganya dan meninggal dalam perjalanan atau begitu tiba di RS. Menurut dia, pasien Covid-19 sebaiknya datang ke poli Covid-19 pada pagi hari. Lalu, dokter di poli tersebut akan melakukan penilaian apakah pasien perlu dirawat di RS atau cukup isoman.

Ketua Tim Mitigasi IDI dr Adib Khumaidi SpOT mengatakan, kondisi sekarang merupakan dampak dari tidak terkendalinya Covid-19. Sehingga menyebabkan keterpaparan tenaga kesehatan (nakes) cukup tinggi. Sejak 1 hingga 17 Juli, ada 118 dokter yang meninggal. ”Hal itu membuat kapasitas pelayanan untuk pasien Covid-19 juga turun,” ujar dia.

Seharusnya, jelas Adib, ada pemetaan RS, nakes, dan layanan kesehatan. Selain itu, sejalan dengan pernyataan Menaldi, isolasi harus dilakukan dengan pantauan nakes. ”Masyarakat harus diberi pemahaman kapan bisa isolasi mandiri dan kapan ke rumah sakit,” tuturnya.

Adib juga menyatakan bahwa vaksinasi belum maksimal. Pemerintah mematok target vaksinasi pada 208 juta orang. Namun, hingga kini yang sudah mendapat suntikan vaksin dosis pertama baru 41 juta orang. Sedangkan yang telah mendapat suntikan kedua hanya sekitar 16 juta orang. Menurut data yang dihimpun Tim Mitigasi IDI sejak Februari hingga Juni 2021, dokter yang meninggal mencapai 86 orang. Rentang waktu pengumpulan data dimulai Februari karena vaksinasi nakes dimulai awal tahun.

Dari 86 orang yang meninggal, 24 persen sudah divaksin. Lalu, yang belum divaksin ada 41 persen. Sisanya masih diselidiki apakah ada komorbid atau faktor lainnya. ”Kalau kita lihat dengan peningkatan kematian di Juni dan Juli, memang banyak faktor yang bisa dianalisis,” bebernya. Salah satu faktornya adalah banyaknya kasus yang dihadapi.

Angka kematian dan peningkatan kasus Covid-19 tidak bisa serta-merta ditimpakan pada vaksinasi. Sebab, menurut Adib, penyebabnya bisa banyak hal. Antara lain kerumunan, 3M yang mulai kendur, dan varian baru Covid-19. Tiga hal itu juga bisa menjadi penyebab meroketnya kasus Covid-19 di Indonesia.

Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan, kunci penghentian persebaran korona adalah meningkatkan pengetesan (testing) dan telusur kontak (contact tracing). Dalam peningkatan kasus yang lebih dari 50 ribu per hari dalam beberapa hari terakhir, Yoga menyebutkan bahwa positivity rate (PR) berada di atas 30 persen. ”Ini benar-benar memprihatinkan. Hal ini menunjukkan tingginya penularan di masyarakat,” katanya. Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, PR di Indonesia juga jauh lebih tinggi. ”Vietnam, Kamboja, dan Laos angkanya sekitar 2 sampai 3 persen saja,” imbuh Yoga.

Beberapa negara lain di Asia Tenggara seperti Malaysia dan Filipina pun menunjukkan angka PR yang lebih rendah. Malaysia 8,5 persen dan Filipina 11 persen. Sedangkan India yang pernah sangat tinggi PR-nya kini tinggal 2,3 persen. Jauh di bawah Indonesia.

Yoga menjelaskan, PPKM darurat memang prinsipnya untuk melaksanakan pembatasan. Sehingga diharapkan kontak antarmanusia menjadi lebih rendah dan penularan dapat ditekan. Namun, masih ada (dan bahkan banyak) masyarakat yang sudah tertular Covid-19. Karena itu, harus ada upaya keras untuk menanggulanginya. ”Untuk itu, kegiatan tes dan telusur harus ditingkatkan secara maksimal sejalan dengan PPKM darurat sekarang ini. Tanpa ada tes dan telusur yang maksimal, keberhasilan PPKM darurat akan sulit dicapai,” paparnya.

Ada beberapa keuntungan dalam meningkatkan tes dan telusur. Pertama, bisa menemukan kasus sesegera mungkin untuk diisolasi sehingga memutus rantai penularan. Memang, menaikkan tes akan berpotensi membuat kasus makin bertambah banyak. Namun, itu lebih baik karena kita tahu seberapa besar penularan di masyarakat.

”Tes tak hanya menemukan kasus, tetapi juga memutus rantai penularan. Jadi, peningkatan tes akan berperan amat penting untuk menyelesaikan masalah Covid-19. Kalau tes hanya sedikit, Covid-19 terus menular dan persoalan tidak kunjung selesai,” jelasnya.

Sudah saatnya, imbuh Yoga, menjadikan tes dan telusur sebagai metode utama untuk menyelesaikan Covid-19. ”Jangan ragu dan malu dengan kenaikan angka dan pewarnaan zonasi daerah,” tuturnya.

Target yang harus dicapai untuk tes sudah jelas, minimal 1 kasus per 1.000 penduduk per minggu. Sehingga yang perlu dilakukan hanya meningkatkan kapasitas, petugas, hingga peralatan untuk mencapai target ini dengan minimal 1 per 30 penelusuran kontak.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X