Racun Media Sosial

- Senin, 19 Juli 2021 | 11:00 WIB

Oleh: Imran Duse*

Teknologi digital kini hadir menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan umat manusia. Dari bangun pagi hingga jelang terlelap di malam hari, gawai senantiasa membersamai manusia beraktivitas. Bahkan, sebagian "bekerja" justeru di dalam mesin baru itu.

Terlebih di tengah pandemi Covid-19 dan pemberlakuan sejumlah pembatasan kegiatan masyarakat. Melalui layar cerdas itu, anak-anak bersekolah; emak-emak berbelanja; mahasiswa merancang demo; dan politisi berjanji. Pendek kata, nyaris tak ada dimensi kehidupan manusia yang tak tersentuh dengannya.

Tidak saja menjadi konsumen, setiap orang kini bisa menjadi produsen informasi –bahkan dalam waktu bersamaan. Seringkali tanpa referensi dan verifikasi, dengan bebas sebuah informasi ditautkan ke dunia maya. Dan hoaks pun mengintip, bersiap menebar kecurigaan dan purbasangka.

Begitulah. Media sosial telah menjadi fenomena baru yang dijinjing internet. Semenjak kemunculan Friendster (2002), disusul Facebook (2005), lalu datang BlackBerry sebagai ponsel cerdas pertama dengan fasilitas push mention media sosial yang menyahajakan pengguna berselancar di lapak maya.

Namun, dalam waktu singkat, BalckBerry pun telah menjadi masa lalu. Digantikan ponsel pintar berbasis android, yang tak lelah memperbarui fitur dan menstimulasi kemampuannya, namun dengan harga yang semakin terjangkau. Ini menaruh andil dalam mendongkrak laju pertumbuhan media sosial.

Dengan kata lain, sebuah peradaban berbasis mesin baru yang disesaki artifisial intelligent (Ai) telah lahir. Melaluinya, manusia terhubung secara realtime, kendati terpisah jarak-terjauh. Hingga beberapa waktu, perkembangan itu cukup mengimpikan. Sampai kemudian banyak yang menyadari, bahwa sebuah potensi ekploitasi sedang disemai –dan akan tumbuh menjadi ekses ekosistem komunikasi ini.


Setel Ulang

Ronald J. Deibert adalah salah satu dari sedikit yang menyadari potensi itu. Pakar keamanan digital ini secara intens mencermatinya dan kemudian memaparkan pengaruh internet terhadap politik, ekonomi, lingkungan, dan kemanusiaan, dalam bukunya yang terbit akhir tahun lalu: “Reset: Reclaiming the Internet for Civil Society”.

Melalui Citizen Lab --sebuah lembaga penelitian keamanan digital terkenal--, ia melakukan riset tentang hal ini dalam rentang waktu dua dekade. Hasilnya disajikan dalam buku setebal 419 halaman tersebut. Lembaga yang didirikan dan dipimpin langsung Deibert itu memaparkan dampak ekosistem komunikasi terhadap civil society.

Deibert juga menggali bagaimana ketergantungan pada media sosial menciptakan tekanan besar pada alam dan lingkungan. Untuk memerangi praktik otoriter, degradasi lingkungan, dan konsumerisme elektronik yang merajalela, ia mendesak pembatasan pada platform teknologi dan pemerintah guna merebut kembali internet untuk kepentingan masyarakat sipil.

Peneliti kelahiran Kanada ini dengan gamblang membongkar lintasan kehidupan digital yang kian mengkhawatirkan. Menurutnya, manusia saat ini berisiko kehilangan privasi akibat penerapan kontrol teknologi digital. Setidaknya ada empat hal yang disorot Deilbert.

Pertama, jika pendapatan media cetak dan penyiaran bertumpu kepada pelanggan dan advertorial, maka media sosial tidaklah demikian. Kendati dalam sejumlah kasus kita juga menyaksikan media sosial melakukan hal tersebut.

Sumber pendapatan media sosial amat bergantung pada akumulasi, analisis, dan komersialisasi data pribadi dari pengguna. Tidak mengherankan jika media sosial berkembang menjadi “mesin” yang tanpa henti menggali lebih dalam dan secara terus menerus memasuki kehidupan pribadi. Dengan kemampuan algoritma komputer dan bantuan kecerdasan buatan (artificial intelligence -Ai), media sosial tanpa henti mengetuk akun kita dan mengaitkan sejumlah sensor yang mampu melacak pergerakan, percakapan, lokasi, dan juga emosi kita --bahkan saat sedang tidak digunakan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X