IST
Terpencil, dan jauh dari ingar-bingar kendaraan. Desa Kerang Dayo, Kecamatan Batu Engau, Paser, satu dari sekian daerah di Bumi Etam yang masih tertinggal.
KAPAN rumahku jadi, Mak. Kalimat itu yang beberapa kali terlontar dari mulut sang anak. Setiap itu pula air mata Suriani tak mampu dibendung. Tangannya mengusap air mata yang membasahi pipi. Hanya membalasnya dengan senyuman, untuk menutupi kesedihan.
Rumahnya dulu bahkan berdinding terpal. “Kasihan anak saya, tidur enggak nyenyak,” ceritanya. Sedikit demi sedikit dia membeli papan bekas. Untuk membangun rumah yang hanya berukuran 5x6 meter persegi. Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-111 Kodim 0904/Paser, dia jadi salah satu dari sekian warga yang merasakan dampaknya, yakni mendapat program rehabilitasi rumah layak huni. Air mukanya berseri. Bangunan untuk sekadar berlindung dari teriknya matahari, dan dinginnya hujan, akhirnya berubah. Sudah jauh dari yang dulu. Cat dan materialnya baru. “Terima kasih, Pak. Saya benar-benar enggak mengira,” ucap Suriani.
Begitu pun dengan warga lainnya. Mayoritas sebagai petani karet, sawit dan jagung. Para petani masih kesulitan dulunya. Memanfaatkan jalan setapak, dan jalan-jalan kebun untuk mengangkut hasil panen. Abdul Halim salah satunya. Petani karet di kawasan tersebut. “Sebelum ada jalan yang dibuat, sangat susah sekali mengeluarkan hasil panen,” ungkapnya. “Apalagi di musim hujan, tambah susah,” imbuhnya.
Program TMMD benar-benar membuka harapan masyarakat. Membangun jalan dan lahan pangan. Pengerjaan jalan sepanjang 3,9 kilometer dengan lebar 8 meter, benar-benar membuka pintu harapan perekonomian masyarakat setempat untuk bisa jauh lebih produktif, ditambah program non fisik seperti pengentasan buta aksara dan perpustakaan keliling, stunting (kurang gizi), posyandu dan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular (Posbindu PTM). “Sasaran fisik dibagi dua, utama dan sasaran fisik tambahan,” jelas Dansatgas TMMD ke-111 Kodim 0904/Paser Letkol Czi Widya Wijanarko.
Tidak jauh dari pusat desa, berada di kawasan dataran tinggi, ada permukiman warga yang belum begitu paham baca dan menulis. Butuh waktu dan tenaga ekstra untuk ke permukiman tersebut. Ditambah belum tersentuh jaringan komunikasi, yang menjadikan kawasan tersebut masih sangat tertinggal.
Kapenrem 091/ASN Mayor Arh Azrul Azis yang datang langsung ke lokasi bercerita, jalan sepanjang 3,9 km yang dikerjakan itu semula hanya bisa diakses warga berjalan kaki. “Kini sudah terbuka lebar, mobil saja bisa sudah melintas. Dan harapannya jalan yang dikerjakan ini bisa menghubungkan dengan desa-desa lain,” tegasnya.