Harga Batu Bara Naik dalam 10 Tahun Terakhir, Perusahaan Besar Stagnan, Marak Tambang Ilegal

- Sabtu, 17 Juli 2021 | 10:27 WIB

Konsumsi batu bara Tiongkok terus mengalami lonjakan seiring kembali menggeliatnya aktivitas pembangkit listrik. Peningkatan konsumsi juga terjadi di Jepang dan Korea Selatan. Berimbas pada kenaikan harga batu bara global.

 

TINGGINYA konsumsi batu bara di negara-negara Asia Timur membuat harga batu bara acuan (HBA) Juli 2021 menjadi yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir. HBA Juli ini naik USD 15,02 per ton menjadi USD 115,35 per ton. Sementara pada Juni lalu, berada di level USD 100,33 per ton. Sebelumnya, HBA tertinggi terjadi pada November 2011 yang saat itu mencapai USD 116,65 per ton.

Meski begitu, kenaikan yang menjadi paling tinggi dalam satu dekade ini, bukan berarti akan berdampak ke keseluruhan sektor batu bara Kaltim.

Tiap tahun, provinsi ini mendapat kuota eksplorasi batu bara sebanyak 77,5 juta ton. Ekonom Universitas Mulawarman (Unmul) Aji Sofyan Effendi mengatakan, kondisi situasional terjadi pada kenaikan harga batu bara saat ini. Dia meyakini kenaikan harga tidak bertahan lama. Dalam jangka waktu singkat, bisa turun kembali.

Perlu diketahui, sambung dia, produksi batu bara Kaltim adalah long term atau jangka panjang. Sehingga, kenaikan harga perdagangan internasional tidak berpengaruh terhadap batu bara yang sudah dikelola berbagai entitas bisnis. "Dia (pebisnis batu bara) tidak terikat harga yang berlaku saat ini. Karena terikat kontrak lima tahun lalu sampai 10-15 tahun lagi. Makanya waktu batu bara drop kemarin, batu bara masih banyak wira-wiri di Sungai Mahakam. Karena pelaku batu bara besar tidak terdampak fluktuasi harga. Kalaupun naik, tidak akan digenjot karena sudah punya kuota sendiri," beber Aji Sofyan.

Sebaliknya, situasi berbeda justru dialami industri batu bara skala kecil. Mereka bisa terdampak pada harga pasar batu bara. Biasanya, penambang kecil ini akan memasok ke perusahaan besar untuk diekspor secara kolektif. Maka dari itu, harga naik akan menguntungkan perusahaan batu bara kecil. HBA Juli 2021 yang merupakan tertinggi dalam 10 tahun terakhir, disebut Aji akan benar-benar dimanfaatkan para pengusaha tambang kecil.

Kondisi yang terbilang menguntungkan bagi pengusaha tambang ini, tak serta-merta membuat pengusaha bisa langsung mengeruk untung. Ketua Asosiasi Pengusaha Batu Bara Indonesia (APBI) Samarinda Eko Priyatno mengatakan, beberapa tahun lalu, ketika krisis tambang batu bara terjadi, banyak pengusaha kecil yang ambruk. Mereka tidak bisa mempertahankan pertambangannya. Sehingga yang tersisa tinggal penambang kakap.

 

"Sekarang itu kan panennya. Harganya lumayan, bisa menambah kapasitas. Tapi enggak bisa langsung ada penambang baru," jelasnya.

Menurutnya, kenaikan ini menjadi momentum bagi pengusaha untuk bertahan dengan menata lini bisnis. Di sisi lain, pandemi Covid-19 diakuinya tidak begitu berpengaruh terhadap industri batu bara secara langsung. Tetapi soal seberapa lama harga tinggi batu bara ini bertahan, itu bergantung dengan perputaran ekonomi saat ini.

"Kita sudah setahun pandemi, recovery ekonomi masih perlu setahun atau dua tahun. Di sini, rata-rata suplai juga harus ada yang lokal untuk PLTU. Sebab, ada aturan kuota wajib suplai dalam negeri," jelasnya. Peningkatan harga batu bara ini disebabkan pemulihan ekonomi di negara-negara konsumen batu bara. Misalnya di Tiongkok, pertumbuhan ekonomi kuartal II meningkat sebesar 7,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral Kaltim C Benny memaparkan, sekalipun harga batu bara melonjak, secara aturan tetap mengacu kepada regulasi yang ada.

Yakni kuota yang telah ditetapkan pemerintah pusat dan persetujuan di dalam rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB). Sehingga dampaknya apabila perusahaan penambang tidak mengikuti aturan dan ketentuan yang ada, maka dikhawatirkan akan terjadi kerusakan lingkungan. Pembukaan lahan tidak terkontrol dan kegiatan reklamasi akan terlambat. Lalu, terjadinya ilegal mining baik dalam konsesi maupun di luar konsesi. Di mana orang berlomba lomba untuk menambang batu bara.

Maka dari itu, sekalipun harga naik, perusahaan tak bisa serta-merta meningkatkan kuota produksinya. Dalam keterangan persnya, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengungkapkan, konsumsi batu bara Tiongkok terus mengalami lonjakan. "Kapasitas pasokan batu bara domestik Tiongkok terus menipis seiring kembalinya geliat aktivitas pembangkit listrik," jelas Agung dikutip dari laman resmi Kementerian ESDM.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X