Ekspor CPO Catat Rekor Tertinggi

- Jumat, 16 Juli 2021 | 12:02 WIB
ilustrasi
ilustrasi

SAMARINDA - Nilai ekspor kelapa sawit mencatat rekor tertinggi. Meski pada perjalanannya kelapa sawit terus diterpa isu negatif dari Uni Eropa (UE), nyatanya tak begitu berdampak signifikan. Hal tersebut membuktikan kelapa sawit masih memiliki pasar yang luas.

Nilai ekspor produk minyak sawit Mei 2021 secara nasional mencapai USD 3,063 miliar dan merupakan rekor ekspor sawit bulanan tertinggi sepanjang sejarah. Pencapaian tersebut didukung oleh harga rata-rata Mei yang sangat tinggi, yaitu USD 1.241 per ton (CIF Rotterdam), yang merupakan harga rata-rata bulanan tertinggi dalam 10 tahun terakhir.

Nilai ekspor sawit tersebut mencapai 18,5 persen dari total nilai ekspor nasional pada Mei 2021 yang besarnya USD 16,60 miliar dan menghasilkan neraca perdagangan bulanan surplus USD 2,37 miliar. Secara nasional, kenaikan ekspor terbesar terjadi pada produk olahan CPO sebesar 432 ribu ton atau meningkat 22,9 persen, menjadi 2.318 ribu ton. Begitu juga dengan olahan PKO yang naik dengan 31 ribu ton atau 34,8 persen, menjadi 119 ribu ton sedangkan ekspor CPO dan crude PKO keduanya turun 119 ribu ton (minus 40 persen).

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammadsjah Djafar mengatakan, peningkatan ekspor CPO di nasional disebabkan naiknya ekspor-ekspor di daerah. Dia yakin laju ekspor ini bisa lebih tinggi jika kelapa sawit Indonesia tidak menghadapi kampanye negatif. Seperti UE yang menyatakan perkebunan kelapa sawit akan mempercepat deforestasi dan merusak lingkungan.

Aksi UE menentang produk-produk berbasis kelapa sawit ini merupakan upaya mereka untuk melindungi produk minyak nabati UE yang berbasis rapeseed dan sunflower seed. “Sebenarnya kita di Kaltim tidak terpengaruh signifikan. Sebab, kebanyakan yang ditentang adalah industri turunan CPO, sedangkan Kaltim banyak mengekspor CPO,” jelasnya, Rabu (14/7).

Nilai ekspor CPO di Kaltim pada triwulan I 2021 tumbuh 105,57 persen (year on year/yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 32,26 persen (yoy). Sayang, penyerapan CPO Kaltim untuk kebutuhan dalam negeri mengalami penurunan.

Pada triwulan I 2021, penyaluran biodiesel di Kaltim tercatat sebesar 145 ribu kiloliter atau terkontraksi sebesar 48,40 persen (qtq). Lebih dalam dibandingkan capaian triwulan sebelumnya sebesar 282 ribu kiloliter atau terkontraksi sebesar 27,43 persen (qtq). Penurunan penyaluran biodiesel tersebut utamanya disebabkan penurunan produksi biodiesel yang sebagian besar dari produsen biodiesel di Kaltim.

“Kita ini kebanyakan masih ekspor CPO, jadi kalau penyerapan dalam negeri tidak akan berpengaruh signifikan,” jelasnya.

Tingginya permintaan ekspor CPO, di tengah kampanye negatif bukan berarti pemerintah tutup mata. Pemerintah harus tetap melakukan gerakan agar kampanye tersebut tidak berlangsung dalam jangka panjang, sebelum berimbas terhadap ekspor. Peningkatan ekspor CPO saat ini seiring tingginya permintaan dari berbagai negara.

“Kenaikan ekspor kelapa sawit tentunya bisa mempercepat pemulihan ekonomi. Sebab, kelapa sawit menjadi salah satu komoditas yang mendominasi di Kaltim,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB
X