Bukalapak Incar Rp 21,9 Triliun dari IPO

- Senin, 12 Juli 2021 | 10:05 WIB

Industri e-commerce terus melakukan ekspansi di tengah pandemi. Salah satunya, Bukalapak.com yang bersiap melepas 25,7 miliar lembar saham ke publik. Saham yang ditawarkan tersebut mencapai 25 persen dari modal perusahaan.

Buana Capital Sekuritas dan Mandiri Sekuritas menjadi joint lead managing underwriter dalam initial public offering (IPO) yang ditargetkan dilaksanakan 6 Agustus 2021. Tahap penawaran awal yang dilaksanakan pada 9–19 Juli terdiri atas pendaftaran di OJK, penawaran umum, pengalokasian saham, dan distribusi.

Harga saham diprediksi Rp 750–Rp 850 per lembar saham. Dengan demikian, Bulakapak dapat meraup modal tambahan Rp 21,9 triliun dari IPO tersebut. ’’Rencananya, 66 persen dari saham baru itu digunakan untuk modal dari Bukalapak.com. Sedangkan, sisanya bakal disebarkan untuk anak usaha mereka,’’ ungkap Direktur PT Buana Capital Sekuritas Ratna Karim dalam konferensi pers virtual kemarin (9/7).

Presiden Direktur Bukalapak.com Rachmat Kaimuddin menyatakan, initial public offering merupakan langkah besar untuk mengembangkan platform jaringan perdagangan digital dan fisik perseroan. Menurut dia, perusahaan yang didirikan pada 2011 itu terus berusaha untuk mencari posisi tersendiri di industri e-commerce dan melihat potensi terbesar.

Salah satunya, lanjut dia, adalah portofolio penjualan. Menurut dia, Bukalapak.com berbeda dengan platform pasar digital lainnya karena 70 persen dari total transaksi di perusahaannya datang dari luar kota besar. Padahal, 70 persen transaksi total penjualan online di Indonesia berasal dari lima kota besar –Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, dan Semarang.

’’Nilai transaksi di kota besar mencapai 20 kali lipat dari pasar kota biasa. Tapi, kami melihat potensi di wilayah nonkota besar sangat tinggi,’’ jelas Rachmat.

Dia menyatakan, suntikan dana dari IPO itu bakal digunakan untuk menggenjot mitra UMKM di Indonesia. Per 2020, pihaknya mencatat sudah merangkul 13,5 juta UMKM. Terdiri atas 6,5 juta pelapak online dan 7 juta mitra toko fisik.

Strategi tersebut merupakan visi perusahaannya untuk menjadi penyedia berbagai macam perdagangan. Bukan hanya perdagangan digital, melainkan juga penjualan fisik. Mereka sudah beberapa tahun menggandeng pemilik toko kelontong untuk bisa menjual produk secara fisik. ’’Menurut evaluasi kami, era di mana finansial inklusif masih lama. Karena itu, kami tidak hanya ingin menjadi e-commerce, tapi all-commerce,’’ ungkapnya.

Dengan skema mitra, pemilik warung tidak hanya bisa mendapatkan pasokan produk. Mereka juga bisa melayani pembelian produk virtual seperti pulsa, pembayaran pajak, bahkan produk perbankan.

Dengan strategi tersebut, pihaknya sudah menyerap 40 persen dari total pasar e-warung Indonesia. Dia juga menyatakan sudah menyerap 105 juta pengguna pada akhir tahun lalu. ’’Sebagai unicorn Indonesia pertama yang melakukan IPO, kami optimistis bisa terus berkembang dengan strategi tersebut,’’ ungkapnya. (bil/c12/noe)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X