Bola Itu Bulat

- Sabtu, 10 Juli 2021 | 12:10 WIB

Bambang Iswanto

Dosen UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda

 

 

MESKI sama-sama menampilkan pemain-pemain terbaik di planet bumi, kilau Copa America 2021 terhijab oleh Euro 2020. Eropa dengan marketing sepak bola yang spektakuler mampu membuat pencinta sepak bola daratan Amerika Latin di Indonesia “berselingkuh” melirik Euro 2020.

Lionel Messi di Argentina dan Neymar di Brasil, Gianluca Lapadula dari Peru, David Ospina dari Kolombia, dll menjadi garansi bahwa Copa America diisi oleh pemain-pemain kelas wahid dunia. Namun ternyata lebih banyak mata yang tertuju kepada aksi Ronaldo, Mbappe, Kevin de Bruyne, Harry Kane, dan bintang Eropa lainnya.

Silaunya sepak bola Euro 2020 bisa dibuktikan dengan pengorbanan penontonnya yang rela nonton tengah malam sampai dini hari, pada waktu-waktu istirahat warga Indonesia. Kadang kalau harus bersinggungan dengan waktu salat malam bahkan waktu salat Subuh, jadwal salatnya bisa sedikit digeser dan dipercepat.

Bandingkan dengan penonton Copa America yang biasa ditampilkan pagi hari waktu bugar mata untuk menonton, ternyata sepi penonton.

Tidak ada yang salah dan kalah dengan Copa America. Eropa mampu menghadirkan dan “mendakwahkan” Euro 2020 lebih baik. Sehingga mengesankan Euro lebih hebat dibanding Copa America. Mata orang awam sepak bola, tersirap. Melihat perhelatan sepak bola akbar di Benua Amerika dan Eropa seperti antara sepak bola orang berada dan kaum papa.

Kualitas yang sama, ketika dipromosikan dengan cara yang berbeda akan menghasilkan persepsi yang berbeda. Itu terjadi bukan hanya di sepak bola, dalam dakwah agama pun sama. Pesan-pesan moral yang sama baik akan menghasilkan daya dorong moral yang tidak sama karena perbedaan cara berdakwah.

Sekarang ini adalah era di mana siapa yang bisa mempromosikan sesuatu dengan baik, maka akan bisa menyampaikan isi pesan yang diinginkan. Jangankan ajaran yang baik, ajaran yang tidak baik pun jika dipromosikan dengan baik dan terus-menerus, sering menjadi terkesan baik. Istilah kerennya era Post Truth.

Sejatinya, ajaran-ajaran luhur agama dan kemanusiaan tidak boleh kalah gencar dengan ajaran-ajaran merusak yang dikemas dan dipromosikan dengan baik.

IKHTIAR DAN TIDAK SOMBONG

Kembali ke sepak bola, selain menang pamor, Euro 2020 lebih banyak menghadirkan kejutan-kejutan dibandingkan Copa America.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X