Ekspor Kaltim Kembali Melambung, Masih Dikerek Batu Bara

- Selasa, 6 Juli 2021 | 13:10 WIB

Melonjaknya permintaan batu bara dari India dan Tiongkok membuat kinerja ekspor Kaltim cukup gemilang pada Mei 2021. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Kaltim pada periode tersebut naik 19,06 persen dibandingkan April 2021.

 

 

SAMARINDA – Nilai ekspor Kaltim pada Mei 2021 tercatat sebesar USD 1,76, naik dari bulan sebelumnya yang hanya USD 1,48 miliar. Dengan nilai ekspor migas sebesar USD 80,81 juta, atau naik 0,57 persen dibanding April 2021. Sedangkan nilai ekspor non-migas sebesar USD 7,04 miliar, atau naik 20,12 persen dibandingkan April 2021.

Secara kumulatif, nilai ekspor Kaltim periode Januari–Mei 2021 mencapai USD 7,31 miliar atau naik 24,32 persen dibanding periode yang sama pada 2020. Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Kaltim Muhammad Hamzah mengatakan, kinerja ekspor Kaltim kurang bagus karena 90 persennya masih didominasi oleh ekspor batu bara. Sehingga berpeluang besar naik turun.

“Ekspor Benua Etam sangat bergantung dengan Tiongkok dan India. Jika Tiongkok bermasalah sedikit saja, maka ekspor Kaltim akan anjlok lagi. Peningkatan ekspor saat ini karena tingginya permintaan batu bara dari Tiongkok dan India,” jelasnya, Jumat (2/7).

Apalagi saat ini pembeli batu bara dari Kaltim semakin bertambah. Tidak hanya Tiongkok dan India, namun sedang dibangun besar-besaran pengiriman ke Vietnam. Permintaan yang tinggi ini menyebabkan ekspor Kaltim terus melambung, termasuk peningkatan harga yang disebabkan tingginya permintaan.

“Saat ini, harga batu bara memang sangat tinggi. Namun, melambungnya harga ini merupakan fluktuasi biasa. Karena batu bara ini energi yang sebenarnya mulai ditinggalkan,” tuturnya.

Permintaan yang tinggi saat ini juga siasat dari pelaku usaha pertambangan. Sebab, saat musim hujan awal tahun, produksi cenderung tertahan. Sehingga, saat cuaca mulai panas memasuki pertengahan tahun, banyak pengusaha yang mulai menggenjot produksi untuk bisa memenuhi permintaan pada saat memasuki musim hujan.

Walaupun hujan merupakan kendala alam yang tidak bisa dihindari, pelaku usaha bisa menyiasati dengan menyetok batu bara agar dapat memenuhi permintaan. Hal ini yang membuat permintaan bisa terus terpenuhi dan ekspor terus bergerak naik.

“Sebelumnya, permintaan tinggi tapi barangnya tidak ada karena cuaca, kini sudah bisa memenuhi seiring cuaca yang bersahabat sehingga ekspor meningkat. Begitu juga harga yang terus membaik,” tuturnya.

Secara nasional, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan sebesar USD 2,36 miliar secara bulanan (month to month/mtm) pada Mei 2021. Realisasi itu lebih tinggi dari surplus USD 2,19 miliar pada April, serta masih lebih tinggi dari neraca dagang Mei 2020 yang tercatat surplus USD 2,09 miliar.

 

Secara total, akumulasi surplus neraca dagang Indonesia mencapai USD 10,17 miliar pada Januari-Mei 2021. Nilainya lebih tinggi dari surplus USD 4,31 miliar pada Januari-Mei 2020.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X