Beri Contoh untuk Bangga Angkat Budaya

- Senin, 5 Juli 2021 | 12:07 WIB

SEMENJAK pandemi, pemasaran via media sosial begitu terasa bagi Ahmad dengan usahanya Makkita Wood Art. Menjual produk ukiran kayu dengan motif khas Dayak. Pembelinya kini berasal dari berbagai daerah.

“Ke Tangerang itu termasuk sering. Kayak tempat kartu nama, perisai juga,” jelasnya. Produk yang dia buat berdasarkan pesanan. Disesuaikan jenis motif yang dimau, ukuran hingga termasuk jenis kayu.

Bicara Bangga Buatan Indonesia, secara jujur diakui Ahmad tak terlalu berdampak. Seharusnya, pemerintah yang membuat kebijakan dapat memberi contoh. “Usaha saya kan ukiran kayu. Kalau maunya Bangga Buatan Indonesia, ya dari mereka (pemerintah) dulu yang memberi contoh. Misal di kantornya ada ukiran kayu khas, atau ada meja ukir,” ungkapnya.

Termasuk salah satu seni kerajinan etnik asli Kalimantan, dia ingin setidaknya setara dengan kerajinan lain di Samarinda. Misal sarung samarinda atau kerajinan manik-manik.

Memang jumlahnya tidak sebanyak perajin lainnya. Namun dia ingin mengenalkan jika Samarinda juga memiliki perajin ukir kayu dengan karya yang tentu punya kualitas. Umumnya mereka yang memiliki nilai estetika tinggi yang memesan karyanya.

Selain itu, image kerajinan ukiran kayu yang dikenal mahal dan berat membuat pembeli seperti menjauh duluan. “Kalau dari kami perajin, harga tentu worth it dengan hasil. Ini manual, mahal tapi enggak kemahalan. Sesuai. Nah, waktu di toko harganya bisa dua sampai tiga kali lipat, itu yang buat usaha saya juga akhirnya kurang dikenal,” lanjut dia.

Oleh sebab itu, harapannya untuk membuat galeri pribadi semakin tinggi. Sehingga masyarakat bisa melihat langsung dan membeli dari perajin. Juga menjadikan ukir kayu sebagai bagian dari kerajinan khas, identitas budaya.

Media promosi yang dia gunakan saat ini masih sebatas Instagram. Calon pembeli bisa melihat langsung hasil karyanya. Terbatas tenaga kerja, serta pengerjaan manual, tentu barang yang dipesan melalui proses pre-order.

“Ada sih diajak pameran, tapi menurut saya kurang dapat. Produk kita ini besar. Jadi ya memang harapannya pengin lebih diperhatikan lagi. Misal gerakan Bangga Buatan Indonesia, setidaknya dari mereka memberi contoh dulu dengan pakai produk dari saya. Contoh saja Lamin Etam (Kantor Gubernur) itu sudah enggak ada lagi ukirannya,” ujar Ahmad.

Justru pembelinya, sedikit banyak berasal dari luar daerah. Yang terpesona dengan keindahan ukiran kayu yang lahir dari tangan Ahmad. Proses pengerjaan ukiran yang tak sebentar, membuatnya mesti atur waktu ketika pesanan lain datang dan estimasi selesai. (rdm)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X