Sudah bertahun-tahun kawasan Jalan Otto Iskandardinata (Otista), Kelurahan Sungai Dama, Kecamatan Samarinda Ilir, menjadi salah satu titik yang masalah kemacetannya belum selesai hingga kini. Pada era Wali Kota Samarinda Andi Harun, muncul wacana pembangunan terowongan.
SAMARINDA–Jalannya tak begitu lebar dan jadi biang kemacetan setiap siang dan jelang petang. Pemkot mulai berpikir agar masalah tersebut teratasi. AH, sapaan akrab Andi Harun, tengah menyiapkan opsi, yakni membangun terowongan yang menembuskan Jalan Sultan Alimuddin hingga Jalan Kakap.
Wacana tersebut direspons anggota dewan Basuki Rahmat-sebutan DPRD Samarinda, dari Komisi III. Angkasa Jaya Djoerani menuturkan, masalah klasik di sekitar Otista memang sudah terjadi sejak dulu. “Dulu bahkan kami berpikir untuk pemerintah bisa melebarkan jalan di kawasan tersebut. Tapi berpikir dan menghitung dampak sosialnya, rasanya enggak mungkin,” ungkapnya. Setelah itu, pada era kepemimpinan sebelum AH, yakni membahas pembangunan flyover agar bisa benar-benar memecah kemacetan. “Sudah pernah dibahas juga,” imbuhnya.
Namun, tongkat kepemimpinan Kota Tepian kini di tangan AH dan wakilnya, Rusmadi. Wacana pembangunan terowongan. “Tentu kaget. Secara pribadi, saya pasti mendukung, karena itu sesuatu hal yang baru. Bisa menjadi ikon Samarinda lho, dan kabarnya biaya untuk pengerjaannya jauh lebih murah ketimbang flyover,” jelasnya. Namun, terlepas dari mega proyek tersebut, Angkasa memberi sedikit catatan.
“Ada masalah banjir. Apalagi kondisi keuangan kan lagi sulit. Harus melihat secara teknis bisa dilaksanakan atau tidak. Artinya butuh kajian. Saya enggak ingin pembangunan itu sepotong-sepotong. Karena Samarinda itu beberapa proyeknya sampai menghabiskan waktu bertahun-tahun. Itu enggak mungkin penyelesaian tahun tunggal, pasti tahun jamak. Itu dipikirkan semua,” jelasnya. Menurut dia, pembiayaan itu tidak mungkin hanya mengandalkan APBD Samarinda semata. Pengerjaan terowongan pasti juga mengandalkan bantuan dari pusat dan pemerintah provinsi. “Memang butuh kajian khusus dan mendalam perihal pembangunan terowongan. Namun, jika sudah dapat hasil terbaik, dan memang dimungkinkan untuk dibangun, segera dikerjakan,” terangnya.
Sebelumnya, Andi Harun menegaskan, tahapan persiapan menuju feasibility study (FS) masih dilaksanakan. Koordinasi dengan Pemprov Kaltim dalam rangka sinkronisasi program pembangunan merujuk pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) bakal dilakukan.
“Saat ini, rancangan awal RPJMD Pemkot Samarinda 2021–2016 baru tahap awal persetujuan di DPRD Samarinda. Selanjutnya, kami juga akan berkoordinasi dengan Pemprov Kaltim dalam rangka harmonisasi dokumen RPJMD Pemprov yang tengah disusun,” ucapnya seusai rapat paripurna di DPRD Samarinda, Jumat (11/6).
Dia menyebutkan, perlu adanya harmonisasi antara program RPJMD agar Pemprov Kaltim bisa mendukung dari sisi fiskal. Mengingat, jika bertumpu dari satu sumber pendanaan atau APBD Kota Samarinda saja, tidak akan mampu. “Begitu juga dengan sumber pendanaan lain misalnya dari APBN, diharapkan bisa membantu,” ucapnya.
Soal opsi lain, Andi Harun kembali menegaskan, selama ini tidak banyak daerah yang memiliki bangunan terowongan. Sehingga, jika bisa terwujud maka menjadi simbol prestisius. Terlebih jika dilihat dari sisi arsitektur. (dra/k8)