Urusan Politik Jangan Korbankan Rakyat, Masalah Banjir di Bontang Perlu Solusi Cepat

- Kamis, 1 Juli 2021 | 18:43 WIB
Banjir di Bontang beberapa waktu lalu.
Banjir di Bontang beberapa waktu lalu.

BONTANG – Kisruh terkait pengajuan pembuatan masterplan penanganan banjir terus bergejolak. Kabarnya, usulan dari Pemkot Bontang itu tidak mendapat persetujuan dari legislator untuk masuk pergeseran anggaran mendahului APBD Perubahan 2020.

Menanggapi itu, pengamat politik Universitas Mulawarman (Unmul) Lutfi Wahyudi mengatakan, perlu optimalisasi ruang konsultasi antara kedua pihak. Karena jika masing-masing saling ngotot adu kuat tidak ada memunculkan kebaikan dari itu. Menurutnya, ada saluran yang lebih efektif dibandingkan secara formal.

“Ada forum lobi. Bahkan DPRD juga masuk jajaran FKPD. Memang secara formal juga harus mendapat persetujuan dari DPRD. Bahkan dewan juga harus diingatkan salah satu hasil rekomendasi pansus banjir DPRD,” kata Lutfi.

Menanggapi jika program yang dicanangkan kepala daerah kurang komprehensif menurut kacamata wakil rakyat, sebaiknya Pemkot melakukan perbaikan program. Sehingga tidak perlu ditunda hingga berlarut-larut. Bila keduanya memiliki iktikad baik.

“Kecuali kalau dijadikan untuk arena tawar-menawar politik, itu lain lagi sudah,” ucapnya.

Aspek prioritas ialah manfaat yang didapatkan masyarakat secara keseluruhan. Sehingga titik poin temunya itu harus ada good will dari masing-masing pihak. DPRD sebagai Lembaga pengawas kebijakan pemerintah itu bisa melakukan kompromi dengan pemerintah daerah.

Berkenaan dengan keputusan terkait pengajuan di pergeseran anggaran mendahului APBD perubahan di tangan pimpinan dewan, dosen Fisipol ini menjelaskan tergantung terhadap regulasi yang ada. Selama tidak bertentangan terhadap regulasi tata tertib di DPR, MPR, dan DPRD. Itu tidak menjadi persoalan.

Sehubungan dengan potensi adanya pertarungan politik pada momentum ini, ia tidak menampiknya. DPRD merupakan lembaga politik hasil pemilu. Sementara kepala daerah merupakan pejabat politik hasil dari pilkada. Maka tidak heran dan biasanya memang begitu, segala sesuatunya itu dikaitkan dengan kepentingan politik.

Masalahnya, jika dikaitkan masyarakat menjadi dirugikan atau tidak. Namun, ketika melalui aksi dari kedua pihak ini merugikan rakyat justru menjadi bumerang.

“Dua-duanya mendapatkan amanah untuk menjalankan kekuasaan itu. Satu untuk menjalankan roda pemerintahan, satunya mengawasi. Kalau tujuannya sama ada titik temu untuk kompromi itu,” pungkasnya. (*/ak/ind/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X