Belajar Berkurban kepada Pemulung

- Jumat, 25 Juni 2021 | 12:28 WIB

Bambang Iswanto

Dosen UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda

  

SALAH satu ciri orang yang bertakwa menurut Al-Qur’an adalah yang menginfakkan hartanya baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Orang yang berinfak dalam kondisi lapang atau diberi keluasan rezeki merupakan hal yang biasa karena memang kondisi keuangan yang sangat memungkinkan. Menjadi luar biasa ketika orang yang tidak berdaya secara ekonomi, bisa menginfakkan hartanya. Dan itulah yang ditunjukkan oleh Nenek Yati atau Nek Yati.

Kisah tentang beliau bukan cerita baru. Ini cerita lama tahun 2012. Tapi, masih relevan dijadikan pelajaran dan inspirasi untuk berkurban sampai kapan pun.

Mengais dan menyortir sampah merupakan keseharian pekerjaan Nek Yati. Barang-barang yang sudah dibuang dan tidak berguna bagi orang lain di tangan Nek Yati menjadi berguna. Bahkan menjadi penopang hidupnya. Pemulung, itulah gambaran tepat profesi Net Yati.

Nek Yati adalah orang yang istimewa. Bukan karena pekerjaannya tapi karena bisa mewujudkan niat dalam kondisi keterbatasan. Dalam keterbatasan ekonomi dan kesehatan, Nek Yati bisa melakukan hal-hal yang belum tentu bisa dilakukan oleh orang yang lebih beruntung secara ekonomi dan lebih sehat secara fisik.

Dalam indikator tingkat kesejahteraan apapun, kondisi ekonomi Nek Yati hampir bisa dipastikan berada di bawah garis kemiskinan. Pendapatannya dari hasil memulung hanya berada di kisaran Rp 25 ribu per hari. Suatu angka yang tidak sulit untuk menyimpulkan Nek Yati adalah orang yang tidak mampu secara ekonomi.

Pada aspek kesehatan, Nek Yati juga tidak bisa dikatakan sebagai orang yang sehat secara jasmani. Nek Yati penderita asam urat yang sering kambuh penyakitnya. Dengan dua kondisi yang kurang tersebut, tidak membuat Nek Yati menghalanginya menjadi kaya hati dan sehat jiwanya.

Perempuan tua umur 65 tahunan selalu menyisihkan sebagian pendapatannya yang “receh” di mata orang lain untuk sebuah niat mulia, yaitu beribadah kurban. Sedikit demi sedikit, selama kurang lebih tiga tahun, Nek Yati akhirnya mampu mewujudkan mimpinya untuk bisa berkurban.

Hasil tabungannya dibelikan seekor kambing besar yang diserahkan kepada panitia kurban di bilangan Tebet, Jakarta.

Nek Yati mengorbankan penghasilannya yang sedikit untuk bisa berkurban. Yang untuk dirinya sendiri sebenarnya tidak cukup untuk menutupi keperluan pokok. Nek Yati juga berhasil menyampingkan rasa sakit asam uratnya untuk bisa menjalankan ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan.

Mungkin Nek Yati adalah orang yang tidak bisa membaca Al-Qur’an dengan baik. Bisa jadi juga tidak paham dengan tafsir Al-Qur’an dan hadis. Dalam kenyataannya, beliau adalah orang yang mampu mengamalkan perintah-perintah Tuhan.

Nek Yati mengajari cara cerdas menyiasati kondisi kekurangan untuk tetap bisa beribadah. Kalau tidak mampu membeli hewan kurban secara tunai dalam satu waktu, maka menabung menjadi solusinya. Orang yang tidak mampu secara ekonomi memiliki kesempatan yang sama untuk beribadah kurban dengan cara yang berbeda dengan orang yang mampu.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X