Sehari Diuruk 30 Sentimeter, 3 Bulan Tenggelam Lagi

- Jumat, 25 Juni 2021 | 11:55 WIB
Warga desa Sriwulan, Demak.
Warga desa Sriwulan, Demak.

Rob dari pantai utara Demak itu datang tiap pagi dan baru kering selepas isya. Jadilah tiap hari perangkat desa sibuk mengurus pindahan warga.

 

TAUFIQURRAHMAN, Demak, Jawa Pos

 

DI Sriwulan, begitu banyak hal yang terjadi dalam enam tahun ini. Delapan RT yang berada di RW 08 di desa yang masuk wilayah Kabupaten Demak, Jawa Tengah, itu kini terkepung air.

Tak ada lagi pemandangan asri seperti disaksikan Jawa Pos saat ke desa yang masuk wilayah Kecamatan Sayung tersebut pada 2015. Tanah di bawah kaki masih kering ketika itu. Dan, jalan-jalan masih berada 50–60 sentimeter di atas permukaan air.

Pada 2018, Jalan Sunan Kalijaga Baru, jalur penghubung satu-satunya dari pusat desa, masih bisa terlihat membelah genangan air di area tambak yang luas. Rob dari pantai utara (pantura) merampasnya. Kini jalan tersebut sudah tidak bisa dilihat karena senantiasa terendam 30–50 sentimeter di bawah air.

Orang luar desa tersebut akan sulit membedakan mana jalan dan mana kanal tambak. Sudah ada korban sebuah mobil yang nyemplung karena salah memperkirakan area jalan. Di mana-mana permukaan air rata. Hanya riak-riak kecil yang menjadikan indikator pembatas jalan dengan kolam tambak.

”Hati-hati, itu got dalamnya hampir 3 meter. Sepeda motor nyemplung nggak bakal kelihatan lagi,” kata Andi Darminto, ketua RW 08, Sriwulan, memperingatkan wartawan Jawa Pos untuk benar-benar waspada saat melangkah.

Praktis jalan ke RW 08 sekarang hanya bisa diakses dengan menyeret kaki menerobos banjir sepanjang setengah kilometer. Memang ada beberapa yang nekat melaju dengan sepeda motor. Namun, rata-rata mereka sudah pasrah jika busi dan ruang pembakaran rusak terkena air.

Melintasi jalan dengan genangan setinggi lutut dengan menyeret kaki sepanjang setengah kilometer terbukti melelahkan dan menjemukan. Apalagi, arus air genangan cukup kuat untuk membuat limbung. Hal yang setiap hari menjadi keseharian warga RW 08, kawasan paling terisolasi dari seluruh Desa Sriwulan. Mungkin juga dari seluruh Kecamatan Sayung.

Setiap hari selepas subuh, warga RW 08 yang bekerja di luar desa akan membawa motor masing-masing keluar ke tanah kering di ujung Jalan Sunan Kalijaga Baru. Mumpung air di jalan tersebut tidak sampai sepertiga roda. Motor diparkir ramai-ramai di halaman salah seorang warga.

”Rob biasanya mulai datang sekitar pukul 07.00. Mulai surut selepas asar, baru kering bakda isya,” tutur Andi.

Jadi, lanjut Andi, warga berangkat kerja sudah capek sebelum sampai tempat kerja. ”Pulang kerja capek, tambah capek (karena melewati jalan banjir, Red)” ujarnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X