Semangat Tumbuhkan Industri Hilir

- Rabu, 23 Juni 2021 | 16:59 WIB

SAMARINDA – Kontribusi Kaltim terhadap perdagangan Indonesia masih menurun. Dari biasanya menduduki peringkat tiga sebagai penyumbang devisa terbesar dari sisi ekspor, sejak November 2020 posisi Bumi Etam dikudeta oleh Riau. Minimnya komoditas ekspor yang memiliki daya tambah atau hilirisasi produk menjadi musababnya.

Adapun peringkat pertama masih dipegang Jawa Barat dengan share 16,90 persen terhadap total ekspor. Selanjutnya Jawa Timur 10,56 persen, lalu Riau 8,63 persen, dan Kaltim 8,48 persen. Posisi kelima ada Kepulauan Riau 7,10 persen

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Kaltim M Yadi Robyan Noor mengatakan, Kaltim harus belajar dengan daerah-daerah yang memiliki banyak industri seperti Kepulauan Riau. Meski secara neraca perdagangan Kaltim masih lebih tinggi, namun tingginya neraca dagang ini berasal dari komoditas mentah.

Berbeda dengan Kepulauan Riau yang memiliki banyak industri. Untuk itu pihaknya melakukan studi banding ke Provinsi Kepulauan Riau. “Jujur kami harus banyak belajar dari Kepulauan Riau karena di sana banyak berkembang industri, di mana tujuan pasar dan perdagangannya adalah ekspor. Ini harus kita pelajari,” ujarnya, Selasa (22/6).

Daerah-daerah di Pulau Sumatra sama seperti Kaltim yang memiliki banyak perkebunan kelapa sawit. Sayangnya di Kaltim masih minim pengembangan industri turunan kelapa sawit. Di Kepulauan Riau saja, setidaknya ada 29 kawasan industri di Batam, 2 kawasan industri di Bintan, dan 1 kawasan industri di Bintan.

Industri unggulan di Kepulauan Riau antara lain elektronika dan telematika, pembangkit energi, mesin dan perlengkapannya, alat transportasi, pangan dan pangan fungsional, serta farmasi, kosmetik dan alat-alat kesehatan. “Kita berharap Kaltim bisa mengikuti Kepulauan Riau dalam menumbuhkan industri-industri di daerah,” katanya.

Kepulauan Riau dianggap memiliki potensi besar dalam pengembangan sektor industri manufaktur. Untuk itu, pemerintah terus mendorong wilayah tersebut menjadi tujuan investasi dengan menciptakan iklim usaha yang kondusif. Apalagi daerah ini memiliki struktur ekonomi yang didominasi oleh industri pengolahan.

“Semoga Kaltim bisa mengikuti Kepulauan Riau, agar investasi di Benua Etam juga bisa terus tumbuh dengan adanya industri-industri hilir,” tuturnya.

Selain bermaksud mempelajari implementasi kebijakan industri dan perdagangan yang berkaitan dengan regulasi pusat dan kebijakan daerah, Disperindagkop dan UKM Kaltim juga ingin mempelajari cara pengelolaan distribusi LPG 3 kg di Tanjungpinang. “Kementerian pusat merekomendasikan kami untuk belajar distribusi LPG 3 kg ke Kepulauan Riau, khususnya ke Tanjungpinang,” tutupnya. (ctr/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X